24 Juni, 2007

Kisah Jago Fisika yang Dapat Beasiswa di Singapura


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak.

Memang benar pernyataan Kepala SMAN 1 Kota Pontianak, Drs. H. Fadhil Hazimat bahwa banyak anak Kalbar yang ‘pintar’. Salah satunya, Fidelis Adhika Pradipta. Alumnus SMA Gembala Baik tamatan 2005 ini ternyata jago Fisika.
Di penghujung kelas satu SMA, Dhika-panggilan kecil pemuda berkacamata ini-sudah mengikuti olimpiade nasional dan internasional. Dirinya lolos mewakili Kota Pontianak dan selanjutnya mewakili Kalbar di olimpiade tingkat nasional.
Di ajang nasional yang mempertemukan jago-jago Fisika se Indonesia itu, Dhika berhasil menyabet medali perak dan dirinya ditetapkan mewakili Indonesia ke olimpiade Fisika se-Asia dan Australia di Vietnam, Mei 2004.
Baru masuk kelas 2, Dhika sudah harus meninggalkan kedua orangtuanya, Irawan dan Siska serta adik satu-satunya, Stefani Citta Paramita untuk berangkat ke Jakarta mengikuti training.
“Saya setahun tidak belajar normal seperti teman-teman di sekolah. Setiap hari saya belajar Fisika saja untuk persiapan menghadapi olimpiade di Vietnam. Kami di Jakarta disediakan tempat tinggal, masuk training jam delapan pagi dan pulang jam lima,” cerita Dhika mengenang masa-masa training.
Untuk mewakili Indonesia, Dhika sebelumnya harus bersaing ketat dengan 36 pelajar pintar se-Indonesia. “Bulan pertama ada 36 orang, lantas kami setiap minggu tes dan kemudian lolos hanya delapan pelajar termasuk saya. Delapan orang ini yang dipertahankan dan ditraining,” ungkapnya.
Bagaimana belajar di masa training? Menurut Dhika, mereka hanya diberikan buku-buku serta setumpuk soal-soal Fisika setiap harinya. “Kami mempelajari buku-buku dan mengerjakan soal-soal. Tutor hanya datang satu jam menanyakan apakah ada permasalahan dan kemudian dibahas, selanjutnya pergi. Bila soal tidak selesai, kami kemudian melanjutkannya di rumah. Setiap hari seperti itu selama setahun,” kenang putra pertama Irawan-Siska ini.
Dhika tidak tahu pasti rangking yang didapatnya saat olimpiade Fisika Asia-Australia di Vietnam. “Saingannya kuat-kuat, setiap negara mengirim5-8 pelajar. Saya sangat senang sekali bisa ikut olimpiade dan sama sekali tidak menyangka. Saya bisa bertemu dengan orang banyak dari banyak negara, ikut lomba sekaliber ini rasanya luar biasa, apalagi dapat medali perak,” aku Dhika dengan tersipu-sipu saat ditanya mengenai perasaannya mengikuti lomba.
Walaupun Dhika bisa memperpanjang masa training untuk ikut olimpiade tahun berikutnya, Dhika memilih untuk berhenti. “Anak saya berpikir hidup tidak hanya Fisika dan dia tidak bisa lama-lama berpisah dengan keluar. Waktu kelas dua, pulang sebentar persiapan lalu ulangan umum,” sela Siska, ibu kandung Dhika.

Bea Siswa Semb Corp
Lepas mengikuti olimpiade Dhika kebanjiran tawaran masuk ke perguruan tinggi bonafide. Salah satunya dari Singapura.
Dhika pun mempersiapkan diri untuk kuliah. Universitas yang dipilihnya Mechanical Engineering dengan streaming Mechatronics di Nan Yang Technological University Singapore. Ini adalah kampus bonafide di negeri tetangga Indonesia namun sejajar dengan negara-negara maju di Eropa atau Amerika itu.
Di Singapura dengan beasiswa Semb Corp segala biaya Dhika ditanggung. Tidak hanya biaya akademis, tapi juga kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan begitulah enaknya jadi anak yang punya prestasi tinggi. Nilai belajarnya dihargai negeri manca.
Semb Corp adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan pengolahan limbah. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, Dhika mendaftar dan ikut test di Jakarta. Pria berambut pendek lurus ini sebelumnya memasukkan karya tulis dan mengikuti test interview sehingga dinyatakan layak mendapatkan beasiswa tersebut. Akan tetapi predikat juara Fisika turut mengatrol keberhasilannya. □
»»  READMORE...

Peraih Nilai Matematika 10 Ingin Jadi Programmer IT


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Sejak masuk SMA, Charles Darwis Hariman sudah menyukai mata pelajaran matematika. Kegemaran mempelajari pelajaran yang menjadi momok hampir sebagian pelajar membuat Alumnus SMAN 3 Pontianak ini pada ujian nasional kemarin meraih nilai 10.
Darwis-sapaan akrab remaja yang lahir di Kota Pontianak 3 November 1989 ini juga menyabet nilai 9,2 mata pelajaran Bahasa Inggris dan nilai 9 untuk Bahasa Indonesia. Sebuah hasil yang menakjubkan untuk ukuran siswa rata-rata.
Didampingi kedua orangtuanya, Lasimin Hariman dan Heng Lie Tjhin, kembaran Charles Darwin Hariman ini tidak sungkan-sungkan berbicara ketika saya menemuinya di toko sepatu ‘Fantasi’ Jalan Diponegoro milik ayahnya.
“Ketika SD dan SMP saya tidak terlalu menyenangi matematika tetapi setelah masuk kelas 1 SMA jadi sangat tertarik. Saya awalnya tertarik dengan komputer, karena berkaitan dengan matematika. Jadi saya juga suka mata pelajaran itu. Saya mulai suka menyelesaikan soal-soal sulit saat di kelas satu.”
Ketertarikan pada pelajaran matematika semakin membara ketika diri Darwis selama di SMA mendapatkan guru-guru yang bisa memotivasi semangatnya untuk terus belajar. “Peran guru sangat besar terhadap saya untuk menyukai matematika. Di kelas satu saya diajar Pak Marlan, kelas dua Bu Krisnawati dan kelas 3 Pak Janiwar Apriadi. Guru-guru ini membuat suasana belajar menjadi asik,” aku Darwis yang mendapatkan bea siswa sejak semester kedua hingga menamatkan SMA.
Kakak kandung Silvana Hariman ini mengaku mendapatkan nilai 10 pada mata pelajaran matematika berkat dedikasi guru-gurunya tersebut. “Bantuan guru ini sangat dominan. Menjelang UAS/UAN kami lebih intensif lagi diberikan latihan-latihan soal, simulasi dan setiap minggu diberi test berbeda. Dari yang tidak mengerti lalu bisa mengerjakan,” aku pelajar peraih peringkat terbaik kelas 1 dan peraih terbaik IPA pertama kelas 2 ini.
Lantas bagaimana cara belajarnya hingga dapat nilai 10? Darwis tersenyum. “Cara belajar saya tidak spesial dan tidak terlalu sering. Intinya fokus belajar, waktu belajar singkat tapi berguna. Biasanya saya belajar menjelang Magrib. Kalau sudah dipelajari di sekolah dibaca dan terus belajar apa yang belum didapat,” jelas Darwis yang memilih dan mendapat tiket masuk Universitas Tanjungpura program studi Teknik Informatika melalui non test.
Darwis memuji gurunya di SMUN 3 sudah bekerja sangat maksimal. “Kita (siswa-siswi, red) diberi kemudahan dalam belajar. Kami diberikan soal-soal dari SMA Magelang dan SMA di Jawa. Dari sekolah sudah memudahkan memberikan soal dan try out gratis,” ucapnya.
Remaja yang berkeinginan menjadi programmer teknologi informasi ini juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala SMAN 3 Pontianak, dewan guru, pegawai dan rekan-rekan belajarnya. “Ini semua berkat guru-guru di sekolah dan doa,” ucapnya tulus.
Sementara itu, Lasimin Hariman orangtua Charles Darwis Hariman mengaku dirinya tidak terlalu memperhatikan belajar anaknya. “Kalau kita perhatikan benar nanti malah jadi malas. Kakeknya dulu sekolah di jaman Jepang, semua nilai di ijazahnya 10, jadi saya tak heran kalau anak saya juga dapat 10. Saya dari pagi sampai sore di warung. Dia (Darwis) belajar sendiri dan kita tetap mendukung serta memfasilitasinya,” ucapnya.

Telur Ayam Kampung
Diakui Hariman, anaknya Darwis, Darwin dan Silvana tidak perlu diawasi serius dalam hal belajar. “Sejak kecil Darwis dan Darwin sudah kelihatan pintar. Waktu berumur 2 ,5 bulan saya sudah berikan kuning telur ayam kampung sampai tamat SMP karena menurut apa yang saya baca, anak sejak lahir hingga usia 15 tahun membutuhkan gizi atas pertumbuhan dan perkembangan otak. Pengalaman ini saya dapat waktu sekolah di Malang SMA ST Yusuf, saran seorang pastor bahwa setiap hari dia makan 8 kuning telur ayam kampung. SMA ST Yusuf itu menghasilkan ahli atom pertama di Indonesia,” papar Hariman berbagi resep. □
»»  READMORE...

Matematika itu Seni


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Peran sekolah dan guru mata pelajaran dalam mempersiapkan siswa-siswinya menghadapi ujian akhir ternyata sangat berarti. Bukan itu saja memberikan pengajaran di kelas jelas sangat berpengaruh bagi anak-anak didiknya. Bagaimana pendapat dan resep yang dipersiapkan para guru?

Tan Siak Tjung atau Heryanto Tan, S.Pd terlihat sibuk pagi, Jumat (22/6) kemarin. Namun guru mata pelajaran matematika di SMA Gembala Baik ini masih menyempatkan diri menerima saya untuk wawancara di ruang guru.
Hari itu, alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1994 ini menggenakan kemaja pendek kotak-kotak bercelana hitam. Dirinya tenang dan santun setiap kali memberikan jawaban dan menyampaikan pendapatnya.
Suami Sinju Utari ini mengaku mengajar matematika merupakan sebuah seni. Seni bagaimana membawa sesuatu yang sulit tetapi dalam bahasa mudah dimengerti orang.
Untuk itu, menurut bapak Indira Mettaputri ini, guru harus memiliki penguasaan materi yang baik dan bisa menyampaikan dalam ‘bahasa’ yang mudah dimengerti para siswanya.
Menurut Pak Tan-panggilan akrab siswa Gembala Baik kepada dirinya-matematika harus dikuasai sejak kelas 10 dan guru yang mengajar harus menguasai materi serta tidak boleh parsial harus total.
Matematika itu kata Pak Tan perlu dimengerti dan dipahami. “Bagaimana memahami dan mengerti rumus-rumus serta memperolehnya. Kemudian anak-anak tidak boleh lupa pelajaran matematika di SD dan SMP seperti berhitung. Saya melihat memang kesulitan matematika karena dasarnya tidak kuat,” jelas anak ke sembilan dari 11 bersaudara ini.
Selain itu juga, pemerintah maupun lembaga pendidikan, menurut Pak Tan harus meningkatkan sumberdaya guru terlebih dulu karena bila guru tidak menguasai dengan baik maka penyampaiannya akan ragu. “Kalau ragu maka sulit untuk diterima siswa, guru juga harus kreatif mencari cara mudah dalam menyampaikan matematika kepada siswa,” sarannya.
Peran orangtua dalam meningkatkan pengetahuan anak-anaknya, menurut guru yang sudah mengajar matematika sejak tamat kuliah ini, sangat besar dan penting. “Keseriusan orangtua terutama dalam mengawasi anak-anaknya juga penting. Anak-anak di Gembala Baik ini bisa berhasil juga karena peran besar dari orangtua,” katanya berbagi.
Selain itu juga, siswa-siswa sendiri harus mendisplinkan dirinya. “Untuk keberhasilan anak didik, para siswa harus mendisplinkan dirinya sejak kelas 1 atau sekarang kelas 10. Para siswa ini kita siapkan dengan soal-soal berorientasi ujian nasional. Itu membuat kita lebih fokus selain ujian harian,” papar Pak Tan.
Sambil membetulkan letak duduknya, Pak Tan membagi resep menghadapi ujian nasional. “Soal-soal ujian dari beberapa tahun lalu menjadi referensi kita dan siswa. Saya sampaikan ke siswa bahwa soal-soal ini biasanya keluar di ujian nasional, kalau berubah tidak jauh-jauh dari soal-soal yang pernah keluar. Untuk itu kami harus mempersiapkan soal-soal itu dan kami (Gembala Baik,ed) punya bank soal dari yahun 1990,” ucap guru kelahiran Pontianak 17 Juni 1971 lalu.
Bagi para siswa, ungkap Pak Tan diwajibkan mempunyai kumpulan soal-soal. “Kemarin kita minta mereka mengumpulkan soal-soal hingga tujuh tahun terakhir dan ini merupakan kemampuan minimal yang harus mereka miliki. Untuk anak-anak yang kita pandang mampu kita beri pengayaan tujuannya untuk tes masuk perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri,” urainya.Selain itu, aku Pak Tan, soal-soal tadi dibahas bersama dengan para siswa. “Empat bulan di sekolah mengadakan bimbingan belajar, soal-soal kita review dan dibahas dari materi kelas 10 sampai 12. Seluruh materi matematika diingatkan dan tentu penekanannya pada SKL (standar kelulusan) sehingga mereka mudah mengerjakannya,” ucapnya.□
»»  READMORE...

Displinkan Diri Sendiri


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Pembawaannya tenang selaras dengan suara yang datar. Kumis tipis menghiasi wajahnya yang ganteng dengan rambut lurus pendek. Nama remaja ini, Antonius Budianto. Dia peraih nilai 10 mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris, bahasa Indonesia sembilan dengan total nilai 29, pada ujian nasional kemarin.
Bukan itu saja, alumnus SMA Gembala Baik ini mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta dan hanya membayar 50 persen dari biaya kuliah setelah berhasil melewati serangkai tes di Jakarta.
Anak bungsu dari pasangan Budianto dan Ng Djoe Huang ini ingin menjadi orang sukses di bidang teknik mengikuti jejak kedua abangnya yang kuliah di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta, Andreas Andy Budianto dan Daniel Budianto.
Remaja yang gemar membaca dan makan ayam goreng serta tidak suka makan seafood ini memiliki prinsip hidup dalam belajar. “Untuk mendapatkan nilai bagus kita harus disiplin terhadap diri sendiri. Kalau ada ada ulangan jaga diri, jangan jalan-jalan dan hura-hura. Tentu lebih baik kita gunakan waktu untuk belajar,” ucap Anton-begitu biasa ia dipanggil.
Penggemar matematik sejak kelas 2 SD ini mengaku peran orangtua juga sangat penting seperti mengingatkan waktu belajar walaupun anak-anaknya sudah dewasa. Peran orangtua itu menurutnya seperti memberikan fasilitas pendidikan termasuk buku-buku serta menggunakan internet.
Menghadapi ujian nasional kemarin, Anton memiliki resep sendiri. Selain belajar dengan tekun dan fokus, ia juga sering latihan mengerjakan soal-soal ujian sebelumnya. Anton sendiri sudah bangun tidur pukul 05.30 dan langsung membaca-baca materi pelajaran.
“Saya belajar tidak terlalu lama yang penting fokus. Kalau ada ulangan, malam hari saya bangun untuk belajar. Saya juga les IPA di Sony Soegimin College (SSC),” akunya berbagi tips.
Kalau les, kata Anton, tentu ada baik dan buruknya bila tidak serius. “Terpenting kita bisa memperhatikan dan konsentrasi memperhatikan guru yang mengajar serta mencerna, memahami dan mengerti apa yang diajarkan.
Kala ujian nasional, Anton mengaku dirinya tidak terlalu full belajar. “Pulang sekolah saay tidur dulu, kalau sudah segar baru belajar dan pukul 22.00-23.00, saya belajar lagi. Kalau capek belajar berhenti dulu kerjakan yang lain seperti baca komik, baru lanjutkan lagi,” katanya dengan tersenyum.
Untuk soal-soal ketika ujian, Anton mengaku dirinya tidak terlalu mengalami kesulitan dalam mengerjakan tetapi hal tersebut tetap menuntutnya untuk teliti terutama bahasa Indonesia yang pilihan jawabannya banyak yang menjebak
Terkadang, ungkap Anton, saat istrirahat dirinya serta sejumlah teman berkumpul membahas soal-soal yang sulit. “Kami bentuk kelompok kecil, kalau soal sulit kita bersama-sama membahasnya. Ini efektif sekali dan hasilnya saya rasakan sendiri,” akunya.
Anton berpesan kepada para pelajar yang nantinya juga akan menempuh ujian nasional untuk disiplin belajar dan jangan suka keluyuran karena tiga hari saat ujian nasional sangat menentukan masa depan. “Sayangkan kita sekolah selama tiga tahun lantas tidak lulus karena tiga hari ujian nasional, kita tidak serius dan disiplin,” ucapnya.
Bagi Anton, nakal juga perlu tetapi nakal yang kreatif dan tidak merugikan diri sendiri, keluarga maupun oranglain. “Mengapa perlu nakal? Karena kita harus bisa menempatkan diri dimana pun berada. Kita juga perlu tahu mengenai ‘dunia luar’ tidak hanya buku, rumah ataupun belajar. Dengan nakal kita juga bisa belajar,” pendapatnya yang diucapkannya tak sungkan-sungkan.
Peran guru mata pelajaran diakui Anton juga sangat berpengaruh bagi dirinya serta rekan-rekannya yang lain. “Saya senang matematika dan yang menambah saya tertarik karena gurunya, Pak Heriyanto Tan bisa menyampaikannya dengan baik. Kadang-kadang kita bisa saling bercanda sehingga mudah mencerna pelajaran yang diberikannya, apalagi beliau menguasai materi dan ini membuat siswa lebih bersemangat. Buktinya banyak siswa dapat nilai bagus di ujian nasional,” ucap tulus memuji.
»»  READMORE...

Banyak Latihan dan Fokus UAN


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Rionardo Bun. Alumnus SMA Gembala Baik ini meraih nilai 10 pada mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris pada ujian nasional kemarin. 1 Juli mendatang, putra pasangan Johan Karyadi dan almarhumah, Martini ini sudah berada di Kuala Lumpur Malaysia kuliah di Monash University.
Remaja kelahiran Pontianak 7 Agustus 1989 ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama Sheren Bun. Sejak SD hingga SMA di Gembala Baik, Rio-begitu sapaan akrabnya-sudah masuk 10 besar.
Sejak kelas 6 SD, Rio sudah belajar mandiri. Ibunya, Martini, telah dipanggil lebih dulu menghadap keharibaan Tuhan Yang Maha Esa. Namun ini tidak membuatnya larut dalam duka tetapi menjadi cambuk untuk menjadi orang berguna.
Penggemar pelajaran biologi ini, memilih program studi Bioteknologi untuk pendidikan selanjutnya. “Saya ingin membantu warga lainnya terutama berkaitan dengan Bioteknologi,” Rio yang hobby badminton ini.
Untuk soal belajar, Rio tetap menjadikannya hal yang utama, apalagi menghadapi ujian. “Kami di sekolah banyak diajari membahas soal-soal dan ditambah lagi dibantu dengan kumpulan soal-soal ujian nasional. Saya sendiri untuk pelajaran matematika dan bahasa Inggris biasa-biasa saja. Saya memang tidak ada target soal nilai namun memang saya belajar intensif untuk matematika,” akunya.
Mengapa dirinya menggenjot pelajaran matematika? Rio mengaku saat try out dirinya kurang bisa mengerjakan dan sehingga nilainya rendah. “Hasil try out itu menjadi motivasi dan cambuk buat saya untuk terus belajar, takut tidak lulus. Saya memang tidak menyangka dapat nilai segitu (nilai 10,ed),” akunya jujur.
Waktu belajar, Rio ternyata punya jadwal sendiri. Habis makan siang, dirinya belajar sambil istirahat dan kemudian mengulangi hingga pukul 22.00. “Saya juga belajar materi waktu kelas 1 dan 2. Dulu saya belajar kurang serius sehingga tidak bisa mengerjakan soal-soal,” ujarnya sambil tersenyum.
Lantas di sekolah juga, kata Rio, di kala jam istirahat dirinya terkadang kumpul dengan kawan-kawannya membentuk kelompok kecil membahas dan mempelajari soal-soal yang sulit dikerjakan.
“Saya juga dapat pelajaran tambahan dengan les di Sony Soegimin College (SSC). Kami di tempat les dipersiapkan untuk menghadapi UAN. Pelajarannya mudah dimengerti. Resep saya banyak latihan dan fokus UAN,” paparnya.
Rio juga mengaku dirinya sangat suka internet. “Kalau internet itu menyediakan segalanya. Kalau kita tidak tahu cari saja di sana. Kita bisa belajar terutama mengenai soal-soal sulit,” akunya.
Bagaimana dukungan orangtua? Rio mengaku dirinya sangat didukung dengan disediakan fasilitas belajar. “Orangtua saya memang biasa saja dan beliau selalu menyarankan untuk tidak terlalu capek belajar. Saya berpesan kepada kawan-kawan kalau sudah naik kelas 3 harus benar-benar belajar dan mereview kembali pelajaran kelas 1 dan 2. Kurangi main-main dan dekat ujian harus fokus serta banyak berdoa,” saran Rio.
»»  READMORE...

Kisah Keluarga Irawan-Siska Mengantarkan Anak-anak Jadi Jawara


Nur Iskandar dan Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Luar biasa kisah di balik sukses Fidelis Adhika Pradipta (20) yang menjuarai Olimpiade Sains Bidang Fisika dan kini mendapat beasiswa penuh di Nan Yang University-Singapura serta adiknya Stefani Citta Paramita (17) yang menggondol dua angka 10 pada Ujian Nasional 2007 untuk mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggris serta memantapkan kuliah Teknologi Industri di Universitas Parahyangan-Bandung.
Kedua anak cerdas ini lahir dari pasangan muda-energik, Irawan dan Siska. Jika Irawan memilih kerja di sektor swasta, pendamping setia hidupnya, Siska, pilih menjadi “guru” di rumah tangga.
Siska bukan guru sembarang guru. Dia sudah memetik nilai-nilai filosofis pendidikan sejak ia sekolah di Malang di masa mudanya. “Saya sudah bergaul dengan suster-suster dan mereka pintar-pintar,” ujarnya. Dari hidup di asrama dengan nilai-nilai religius itulah Siska membesarkan kedua anaknya. Dan hasilnya sungguh amat mencengangkan. “Puji tuhan. Tak ada orang yang bodoh. Jika dalam hidupnya ada semangat untuk belajar, pasti pintar, pasti bisa, pasti berhasil,” ungkap Siska di kediamannya didampingi kedua anaknya yang cakep dan cantik serta sang suami, Irawan yang baru saja pulang kerja, Sabtu (23/6) sore.
Siska dan Irawan mendidik kedua anaknya hingga menembus prestasi akademis memuaskan di mana nilai matematika penuh-10 dimulai dari kecil. Anak-anak itu dimotivasi untuk haus akan ilmu, rapi sejak dini, berempati dengan orang lain, menghargai seni—khususnya musik karena ini memperhalus budi pekerti—serta menabung. “Pendidikan itu mahal, maka untuk itu kejarlah prestasi sehingga bisa mendapatkan beasiswa,” ungkapnya dengan nada bernas.
Untuk mendampingi anak-anaknya belajar, Siska dan Irawan tak segan-segan turut serta ke Jakarta, Balik Papan dan Medan karena anak-anaknya menjadi duta Kalbar bahkan Indonesia dalam hal uji prestasi akademik. Untuk putra pertamanya, prestasi tertinggi adalah mewakili Indonesia di Vietnam dalam olimpiade sains fisika internasional, sedangkan Cita yang akrab disapa Tata mewakili Kalbar di obade Istana Negara, dan Pesparawi di Medan.
Sementara itu sang bapak, Irawan mengingatkan kepada para pelajar untuk tidak putus asa. “Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Anak-anak kita beri kepercayaan penuh dan biarkan mereka sendiri yang memilih mana baik dan buruk,” ucap Irawan bijak.
Kalau diawasi terus menerus, ujar bapak ini, anak-anak tidak mandiri dan orangtua terkesan tidak percaya. “Kita tetap mengontrol dan memberikan dukungan serta fasilitas untuk pendidikan mereka. Fasilitas bukan asal saja tetapi memang sesuai kebutuhan mereka terutama menyangkut pendidikan,” ucapnya.
Seperti internet, kata pemilik Toko Siswa Jalan Agus Salim ini, anak-anaknya diberikan kebebasan. “Kita hanya memberikan rambu, ini baik atau tidak sehingga mereka sendiri bisa membatasi diri karena kita juga tidak bisa mengawasi anak-anak sampai 24 jam. Anak-anak juga manusia, mereka punya keinginan tahu ini itu. Dan tentu kepercayaan kita berikan juga harus disadari anak-anak untuk menjaga dirinya agar tidak terlibat hal-hal yang tidak baik,” ucapnya. □
»»  READMORE...

21 Juni, 2007

Rusli Diteror dengan Paket Terasi



Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Hari begini masih ada terorisme dengan terasi? Begitulah peristiwa langka tapi nyata ini menimpa Rusli Agus tokoh masyarakat Tionghoa yang berumur 70 tahun di alamat rumahnya Jalan M Sohor No 12. Tak pelak satu satuan Polsekta Pontianak Selatan berhamburan ke rumahnya karena kuatir paket pengirim dengan alamat tak jelas adalah bom.
Rusli Agus yang juga akrab disapa Chua Yang Khui terlihat asik membengkel mesin rumput dengan tangannya sendiri. Sementara itu suara mesin genset berderu keras di sampingnya.
Saat itu, Kamis (21/6) pukul 14.00 Saya dan Nur Iskandar sudah berada di depan pagar rumah salah satu mantan pengurus Yayasan Bhakti Suci belasan tahun silam. Kami mendapatkan kabar bahwa Rusli Agus diteror melalui paket dilengkapi surat ancaman.
Untuk menembus pagar rumahnya yang terkunci rapat kami terpaksa berteriak keras-keras berkali-kali karena yang bersangkutan sedang asik bekerja. Maklum saja, bunyi genset menderu keras dan syukurlah, Pak Yang Khui—begitu pria ini disapa—mendengar dan melihat kami sehingga tidak perlu berlama-lama berdiri di luar pagar.
Pak Yang Kui dengan senyum di bibirnya dan ditopang tongkat di tangan kanan serta seekor anjing berambut putih berjalan ke arah kami.
Dari teras depan rumah ke pintu pagar kami berjalan sekitar 10 meter. Rumah milik Yang Khui cukup besar dengan halaman luas dikelilingi pagar kayu yang kokoh.
Rumah ini mudah dicari. Di balik pagar di pinggir Jalan M Sohor terhampar sejumlah pohon pisang. Banyak tanaman buah-buahan di dalamnya. “Maaf saya tadi tidak dengar karena bunyi genset. Silahkan masuk, ini kawan-kawan saya dari Borneo Tribune,” ucap pengusaha di bilangan Parit Besar ini dengan Bahasa Indonesia yang fasih.
Yang Khui kemudian mengambil dua buah kursi mungil. Saat membuka pembicaraan, dia seperti tidak mau langsung ke persoalan inti. Pria berkacamata ini lebih senang berdiskusi terutama mengenai Borneo Tribune.
Banyak pelajaran yang kami dapat dari pria besar tinggi ini terutama pengalaman sebagai pedagang dan ini dapat diterapkan terutama untuk membesarkan Borneo Tribune yang dia sendiri menyambut dengan hangat. Di sela-sela diskusi tersebut sejumlah rekan Yang Khui menelepon dan menanyakan mengenai ‘paket’ tersebut.
“Saya ini sudah tua, saya tidak punya musuh dan tidak marah-marah. Tidak pakai ancam juga kalau Tuhan mau panggil, kita juga akan meninggal,” katanya mulai membuka pembicaraan mengenai paket itu.
“Kapan paket itu bapak terima?” tanya saya.
Diceritakan Yang Khui, saat dirinya sedang memperbaiki mesin pemotong rumput datang seorang pria mengendarai sepeda motor bebek dan tidak mengenakan pakaian seragam sekitar pukul 13.00. “Ini ada paket buat bapak,” kata pria itu. Yang Khui lantas melihat alamat yang tertera di sampul paket tersebut. “Saya lihat nama yang dituju jelas nama saya, Rusli Agus. Alamat Jalan M Sohor Nomor 12: benar dan lengkap. Nomor telepon saya juga tulisannya benar.”
Setelah paket diterima dan resi diteken, pria pengantar langsung pergi. “Kalau petugas kantor pos pakaian seragam apa ya? Tapi, ya saya lupa pria itu pakai seragam apa tadi,” kata Yang Khui kepada kami.
Namun, setelah diteliti, ternyata pengirim paket tersebut mencurigakan. “Nama pengirim Putra Indo alamatnya ‘Mepawa’. Bukan Mempawah. Jelas saya curiga dengan paket ini, apalagi saya banyak baca koran luar negeri, di mana pernah warga Taiwan dapat paket lantas meledak.”
Yang Khui berhati-hati. Paket tersebut diletakkannya di rak sepatu yang berada di depan pintu masuk rumahnya. Tak lama kemudian, Yang Khui mencium bau busuk. Bau itu katanya seperti bangkai tikus.
Darimana asalnya? Yang Khui meminta karyawannya untuk mencari dan ternyata bersumber dari paket yang baru saja dia terima. “Ketika dibuka ternyata paket itu berisi terasi yang busuk. Di paket itu juga ada amplop berisi surat ancaman.”
Surat ancaman tersebut diketik. Isinya 52 kata. Uniknya di akhir surat tanda tangan pengirim membentuk gambar tengkorak. Di bawahnya tertanda nama Puta Ind.
‘Sesuai tingkah lakumu yang sok penguasa, perlu kmu ingat dunia sdh tidak berpihak pada kamu. jgn suka campuri urusan orang, jgn sering menekan yang lemah, memeras tanpa memandang keatas langit. sekarang tibalah saatnya ajal menunggu mu bangkai tua yang tak dihargai masyarakat. alias sdh smpah masyarakat. belum mau sadar akan tahu akibatnya. Yg mengutuk, Puta Ind’
“Saya telepon polisi. Polsekta Pontianak Selatan dipimpin Wakanya pun datang,” kata Yang Khui serius. Di depan polisi Yang Khui mengaku dirinya tidak memiliki musuh apalagi bertengkar dengan orang lain. “Saya tidak marah-marah dengan orang. Saya tidak tahu siapa yang ancam. Ini saya percayakan kepada pak polisi untuk mengusutnya.”
Kami lantas meminta izin untuk membuat berita tersebut. “Saya tidak masalah, silahkan muat,” ucapnya ramah. □
»»  READMORE...

2 Siswa SMA Gembala Baik Raih Nilai 29

Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Dua siswa kelas 3 IPA SMA Gembala Baik pada Ujian Akhir Nasional (UAN) 2007 ini, Antonius Budianto dan Surya Tamanggung berhasil menyabet nilai 29 dari 30 totalnya. Kelas IPA dengan jumlah siswa 42 orang itu lulus 100 persen.
Bukan itu saja, tujuh siswa sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Yani ini meraih angka 10 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan empat siswa menyabet nilai 10 untuk Matematika. Bahkan dari 156 siswa yang terbagi empat kelas hasil UAN, hanya tiga siswa yang dinyatakan tidak lulus.
Antonius sendiri meraih nilai 10 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Untuk Bahasa Indonesia nilai yang dicapai 9. Sedangkan Surya Tamanggung mendapatkan nilai 10 untuk mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia 9,4 dan Bahasa Inggris 9,6.
“Untuk jurusan IPA hasil UAN kemarin sangat memuaskan. Dari nilai rata-rata, SMA Gembala Baik meraih peringkat pertama di Kota Pontianak,” ungkap salah satu guru SMA Gembala Baik yang juga Ketua Panitia Ujian, Anania, SP ditemui di ruang guru pagi kemarin.
Guru lulusan program studi Agronomi Fakultas Pertanian Untan ini berpenampilan tenang. Dirinya direkomendasi sejumlah rekannya sesama guru untuk memberikan keterangan kepada saya terutama menyangkut hasil ujian. Dirinya mengaku belum mengetahui apakah nilai kedua siswanya tersebut tertinggi di Kota Pontianak.
Mengenai kedua siswanya yang meraih nilai tertinggi, wali kelas 12 IPA mengaku Antonius dan Surya sejak kelas 11 selalu masuk dalam lima besar. “Mereka sama sekali tidak nakal. Antonius termasuk anak pendiam, sedangkan Surya aktif berorganisasi dan rajin ikut lomba. Surya pernah meraih peringkat dua se Kalbar pada olympiade matematika,” aku guru yang sudah delapan tahun mengajar di Gembala Baik ini.
Apa strategi hingga siswa-siswanya bisa meraih nilai tertinggi? Anania sempat tersenyum dan kemudian melanjutkan percakapan. “Ini semua juga kemauan dan usaha anak-anak. Mereka sepertinya punya budaya les tambahan di luar dan, kami di sekolah juga sejak Februari sudah melakukan bimbingan belajar seperti les untuk persiapan menghadapi ujian kelas III IPA/IPS dan hasilnya mantap,” ungkapnya.
Bahkan, kata Anania, pola belajar di kelas sangat baik. “Mereka (Siswa, red) mengembangkan diri terutama bagi yang pintar membantu rekan-rekannya yang kurang dalam belajar. Kalau jam istirahat mereka membentuk kelompok-kelompok kecil membahas soal. Mereka belajar mandiri,” jelasnya. 
»»  READMORE...

* 3.000 Mobil Asing, 138 Raib


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Marak beroperasinya kendaraan-kendaraan bermotor dari Malaysia dan Brunei Darussalam di Kalbar ternyata tidak memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan tetapi sebaliknya berkontribusi besar bagi kerusakan jalan.
Di satu sisi, kendaraan luar negeri diperbolehkan beroperasi di wilayah Indonesia selama 60 hari dan setelah jangka waktu itu harus kembali ke negaranya.
“Yang menjadi persoalan jika setelah 60 hari, kendaraan bermotor ini tidak kembali ke Malaysia atau Brunei Darussalam. Ini diperlukan tindakan tegas dan untuk mengambil tindakan terutama bagai aparat kepolisian serta Bea Cukai perlu payung hukum. Sebelumnya kita pernah ajukan Perda ke pusat tetapi ditolak,” jelas Kadispenda Kalbar Drs H Darwin Muhammad seusai penandatanganan nota kerjasama antara Dispenda Kalbar dengan PT Jasa Raharja Putra, di Aula Dispenda Provinsi, Selasa (19/6) kemarin.
Tindakan tegas ini, kata Darwin bisa berupa penyitaan bagi kendaraan bermotor asal luar negeri yang masih beroperasi setelah habis limit waktunya. “Ini agar ada efek jeranya bagi mereka yang membeli kendaraan bermotor di luar negeri dan timbul kesadaran tidak membeli mobil ilegal karena pemerintah pusat tidak memperkenankan jual beli kendaraan second tetapi sekali lagi ini perlu aturan,” tukasnya.
Selain itu juga, papar Darwin karena tidak ada aturan, pemerintah daerah tidak bisa melakukan pungutan terhadap kendaraan bermotor dari luar negeri yang ikut menikmati jalan di Kalbar. “Memang pungutan baik itu pajak maupun retribusi terhadap kendaraan bermotor dari luar negeri tidak dibenarkan. Untuk mendapatkan payung hukum, Dispenda sedang mengkonsultasikan Raperda dengan pemerintah pusat, mudah-mudahan mendapat sinyal baik dan kemudian akan mengajukan Raperda tersebut ke DPRD Kalbar.”
Dari data yang ada di tahun 2005 dari 3000-an roda empat asal Malaysia yang masuk ke Kalbar, 138 unit tidak kembali ke negaranya dan belum lagi yang masuk secara ilegal. Menurut Darwin, kendaraan yang telah melewati batas waktu beroperasi tersebut disinyalir telah berpindah tangan dengan cara hibah, jual beli atau berasal dari kejahatan serta pencurian.
Dampak tidak kembalinya kendaraan roda empat ke negara asalnya, kata Darwin dapat menciptakan image tidak baik bagi Indonesia yaitu penampung kendaraan bermotor hasil kejahatan. “Pemprov pernah mengeluarkan Perda No 3 Tahun 2004 tentang Pengaturan Kendaraan Bermotor Bukan Baru dari Luar Negeri namun ketika sampai di pemerintah pusat ternyata dibatalkan,” jelasnya.
Dispenda sendiri, kata Darwin terus melakukan upaya agar adanya payung hukum dengan terus berkonsultasi dan koordinasi dengan pejabat di Depdagri dan Depkeu bahkan para pejabat tersebut diajak meninjau langsung ke lapangan dan berkunjung ke Malaysia. “Kita berharap pemerintah pusat dapat memberlakukan azas keadilan daerah karena Papua berbatasan dengan Papua Nugini bisa, mengapa Kalbar dianulir,” ucapnya.

Kerjasama PT Jasa Raharja Putra
Mengenai penandatanganan nota kerjasama antara Dispenda Kalbar dengan PT Jasa Raharja Putra, Darwin menjelaskan hal ini dalam rangka melaksanakan peningkatan pelayanan. “Dispenda berupaya melibatkan berbagai pihak termasuk di dalamnya peran serta masyarakat dan swasta. Salah satunya dengan PT Jasa Raharja Putra. Kerjasama ini difokuskan kepada kegiatan keluar masuknya kendaraan dari luar negeri di wilayah Kalbar,” jelasnya.
PT Jasa Raharja Putra, kata Darwin merupakan institusi yang diberikan kewenangan melakukan pengutipan asuransi terhadap kendaraan bermotor dari luar negeri yang masuk ke Kalbar. “Ini peluang untuk meningkatkan penerimaan daerah dan kami melakukan pendekatan kepada PT Jasa Raharja Putra yang mempunyai akses langsung terhadap kendaraan bermotor dari luar negeri yang masuk ke Kalbar untuk ikut membantu pemerintah dalam hal penerimaan partisipasi pihak ketiga dari pengutipan asuransi.”
Pihak Asuransi, kata Darwin sudah siap di daerah perbatasan. “Kita Dispenda juga punya pemikiran melakukan pendekatan pelayanan. Di dekat perbatasan juga rencananya akan dibangun pos pelayanan. Di sana ada enam kecamatan dan bila membayar pajak ke Sanggau sangat jauh. Kita mencontoh seperti di Pemangkat, masyarakat di sana tidak perlu lagi ke Sambas dan ini berhasil meningkatkan kemauan masyarakat membayar pajak. Ternyata dekatnya pelayanan, kesadaran masyarakat sangat tinggi,” aku Darwin.
Sementara itu, PT Jasa Raharja Putra Kalbar, Drs Susilo Sriyanto mengakui angka kendaraan bermotor dari Malaysia dan Brunei Darussalam yang masuk ke Kalbar sangat tinggi. “Kita lihat memang sumbangsihnya tidak ada sehingga kita memungut asuransi untuk kendaraan, penumpang dan tanggung jawab pihak ketiga. Bila kendaraan luar negeri itu mengalami kerusakan di Kalbar kita tanggung. Bila terjadi kecelakaan, selain kendaraan, penumpang dan pihak ketiga kita jamin. Tetapi di Malaysia asuransinya hanya menjamin pihak ketiga,” jelas Susilo.
Dari asuransi ini, kata Susilo, ada sumbangsih sebagian dari premi. “Setiap kendaraan yang masuk ke Kalbar ada polisnya dan dibayar dalam rupiah sekitar Rp 150 ribu sedangkan yang ke Malaysia membayar dalam ringgit sekitar 62 Ringgit,” jelasnya singkat.
Pungutan asuransi ini, kata Susilo sudah ada aturan sejak pertemuan Sosek Malindo ke 23. “Sudah ada aturannya dan kita ditunjuk untuk menanganinya. Kami akan berupaya sebaik mungkin melaksanakan tugas ini,” kata Susilo. 
»»  READMORE...

13 Juni, 2007

* Kegiatan Olahraga di HUT Bhayangkara

Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Serangkaian kegiatan olahraga akan diperlombakan dan dipertandingkan oleh Polda Kalbar dalam rangka Hari Bhayangkara ke 61. Kegiatan ini ada yang khusus untuk internal kepolisian dan terbuka bagi masyarakat umum.
“Polda akan menggelar serangkaian kegiatan olahraga dan kegiatan lainnya untuk memperingati Hari Bhayangkara. Untuk internal anggota kepolisian kita menggelar pertandingan bola voli, bulu tangkis, menembak, catur dan gaplek,” ungkap Kabid Humas Polda Kalbar, Drs Suhadi SW, MSi.
Selain itu juga, dalam HUT Bhayangkara ini juga dilakukan pencanangan KB-Kes Manunggal, donor darah secara massal 25 Juni, anjangsana ke panti asuhan dan wara kawuri, gerak jalan santai yang digabung dengan peringatan Hari Anti Narkoba Internasional dan Hari Keluarga Nasional, 24 Juni mendatang.
“Polda bersama Persatuan Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Kalbar juga menggelar ‘Konkurs Seni Suara Alam Burung Perkutut Kapolda Cup’ di lapangan Wanabhakti komplek SSA, 17 Juni mendatang,” papar Suhadi.
Even yang dikomandani AKBP Budi Pangestu ini akan memperebutkan hadiah door prize berupa kalung emas, HP Flexi, TV warna, sepeda gunung, magic car, box rice, mini compo, kipas angin, DVD dan ang pao serta piala by Grand Master.
“Untuk kategori Piyik junior 1 blok piala 1-5, junior 2 blok piala 1-10 dan senior 2 blok piala 1-10. Kita imbau kepada penggemar burung Perkutut untuk ikut kontes ini dengan mendaftarkan diri ke Ir Harry Triyoga jalan Putri Chandramidi no 60 D dengan biaya pendaftaran senior Rp 75.000 dan piyik Rp 50.000,” jelasnya.
Kegiatan ini sendiri, jelas Suhadi untuk menyalurkan hoby penggemar burung Perkutut serta memberikan multiefek terutama para penangkar burung maupun pengusaha pakan. “Ini juga merupakan salah satu bentuk pemolisian masyarakat dengan pendekatan hobby, olahraga dan seni,” ujarnya.
»»  READMORE...

* In House Training Analisis Angka Statistik

Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat bersama DPRD Provinsi, Rabu (13/6) kemarin di ruang serbaguna menggelar ‘In House Training Analisis Angka Statistik’.
Kegiatan ini merupakan langkah yang diambil sebagai tindaklanjut pembicaraan BPS Kalbar dengan BPS Kalbar saat membahas LKPJ Gubernur beberapa waktu lalu.
“Kita ingin agar pengetahuan anggota Dewan mengenai membaca angka-angka statistik sehingga tidak berbeda jauh dengan eksekutif. Dengan pemahaman yang sama diharapkan bila terjadi dialog persepsinya sama tidak ada perbedaan dalam membaca angka-angka statistik, ini penting,” jelas Kepala BPS Kalbar Drs Nyoto Widodo, ME menjawab wartawan di sela-sela in house training.
Mengapa penting? Menurut Nyoto, kadang-kadang pada saat pertemuan eksekutif dan legislatif terjadi mis komunikasi. “Hal tersebut karena perbedaan persepsi, angka-angkanya sama, cuma perbedaan membaca. Oleh karena ini kami memandang penting ada semacam in house training dan ini pertama kali di provinsi di Indonesia barang kali. Belum pernah selama ini, untuk parlemen. Untuk di tingkat nasional sudah, DPR Pusat sudah,” jelasnya.
Menurut Nyoto, ide in house training muncul hasil perbincangan BPS dengan dewan saat membahas LKPJ Gubernur. “Materinya ada sembilan tapi hari ini baru bisa dua, pertama pertumbuhan ekonomi dan kedua, IPM (indeks pembangunan manusia). Kita menyiapkan 9 modul. Untuk materi ketiga pertanian, beras, inflasi, ekspor impor, wisatawan mancanegara, nilai tukar petani dan kesejahteraan petani dan pendidikan,” ucapnya.
»»  READMORE...

KUD Se Kalbar Perlu Direvitalisasi

Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota diharapkan melakukan revitalisasi Koperasi Unit Desa (KUD) se-Kalimantan Barat. Hal ini lebih pada upaya menumbuhkan dan menghidupkan KUD-KUD menjadi soko guru ekonomi yang mandiri.
Demikian salah satu butir rekomendasi external rapat kerja wilayah Dewan Koperasi Pimpinan Wilayah (Dekopinwil) Kalbar, 28-29 Mei lalu.
“KUD-KUD se-Kalbar perlu mendapatkan perhatian serius pemerintah mengingat lembaga ini paling dekat dengan masyarakat. Pembinaan dan revitalisasi perlu dilakukan sehingga lembaga-lembaga ini bisa mandiri,” jelas Ketua Dekopinwil Kalbar, Drs H Awang Sofian Razali (Asro).
Selain itu, urai Asro rekomendasi Rapimwil juga meminta dukungan pemerintah dan DPRD Provinsi Kalbar sangat diharapkan mewujudkan pembangunan graham koperasi yang telah direncanakan.
“Kita juga mendesak pemerintah provinsi Kalbar bersama DPRD untuk segera memproses dan menetapkan Perda tentang Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD),” tegas Asro.
Pemerintah juga, kata Asro diminta meningkatkan pembinaan dengan melibatkan Dekopinwil dengan seluruh Dekopinda sebagai mitra dalam kerja sebagai upaya mengembangkan gerakan koperasi.
“Kira minta pemerintah memberdayakan peran Dekopinwil dan Dekopinda sebagai mitra utama pemerintah dalam melaksanakan pembinaan bersama kepada gerakan koperasi di Kalbar. Kita harapkan juga kartu anggota Dekopin bisa diberlakukan untuk pengurusan surat-surat yang berkaitan dengan bantuan dan dukungan dari pemerintah,” paparnya.
Rekomendasi juga kata Asro mengharapkan memberikan dan meningkatkan dukungan dana dari APBD kepada Dekopinwil dan Dekopinda agar dapat berperan aktif sebagaimana mestinya. “Kita juga meminta pemerintah meningkatkan koordinasi, konsultasi dan komunikasi dengan jajaran Dekopinwil dan Dekopinda,” ucapnya.
Untuk sinergi pembinaan gerakan koperasi, Dekopinwil Kalbar juga merekomendasikan perlu pemahaman yang sama melalui peningkatan SDM yang terprogram dan terus menerus pada gerakan koperasi dan aparat pembina serta tokoh masyarakat.
“Kita minta juga kepada Bakomapin untuk meningkatkan pembinaan koperasi sekunder secara memadai dengan melibatkan Dekopinwil. Kita memandang perlu penelitian pemerintah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan koperasi dengan melibatkan perguruan tinggi, Dekopinwil dan Dekopinda serta meminta kepada pemerintah untuk meluruskan praktik-praktek usaha koperasi simpan-pinjam yang menyimpang dari jati diri koperasi,” tegasnya.Dibeberkan Asro, dalam rekomendasi tersebut juga, Dekopinwil mengimbau Walikota dan Bupati se Kalbar memberikan fasilitas pendanaan bagi Dekopinda melalui APBD. “Kami juga mengusulkan kepada Gubernur agar mengimbau Walikota dan Bupati se-Kalbar untuk meningkatkan pemahaman terhadap gerakan koperasi sebagai salah satu wadah perjuangan perekonomian rakyat menuju kemakmuran bangsa sebagai amanah UUD 1945 sehingga diperoleh pemahaman dan cara pandang yang sama. Terakhir kita juga mengusulkan kepada pemerintah untuk merevitalisasi KUD se-Kalbar,” jelasnya.
»»  READMORE...

Beras Surplus, Distribusi Terkendala

Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Produksi Gabah Kering Giling (GKG) Kalbar di tahun 2007 surplus. Untuk ramalan kedua sudah mencapai angka 1,148 juta ton. Surplus ini juga diimbangi dengan kesejahteraan petani yang membaik.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalbar, Drs Nyoto Widodo, ME ketika dikonfirmasi di sela-sela ‘In House Training Analisis Angka Statistik’ di Ruangan Serbaguna DPRD Kalbar, Rabu kemarin.
“Kalau kita lihat produksi beras Kalbar sudah 1,148 juta ton untuk 2007 ramalan kedua. Konsumsinya masih kurang dari 1 juta ton dan ini masih ada surplus, kalau kita hitung-hitung kasar,” jelasnya.
Mengenai stok beras sendiri, menurut Nyoto tidak ada kendala namun masalahnya terletak pendistribusian. “Cuma sekarang masalahnya pada distribusi. Penyebarannya menjadi masalah. Surplus secara total tetapi penyebaran bisa jadi terkendala infrastruktur. Bisa saja ada suatu daerah yang terpencil defisit beras sehingga timbul kerawanan pangan,” urainya.
Sedangkan daerah yang surplus pangan seperti Sambas, Mempawah, Ketapang dan sebagainya, ungkap Nyoto secara makro masih melampaui konsumsi, namun dirinya tidak hafal betul angka produksi dan konsumsi. “Surplus bisa stok di tingkat petani dan ini bisa dijual keluar sehingga di pasaran sulit ditemukan,” ucapnya.
Nyoto juga mengungkapkan nilai tukar petani yang merupakan indeks yang menunjukkan bagaimana kesejahteraan petani saat ini semakin membaik. “Untuk bulan Februari ini kesejahteraan petani membaik, sedangkan Maret belum selesai dihitung,” ucapnya.
Sementara itu Kabid Statistik Produksi, Ir La Eli Sugiono, MSi menambahkan di Kalbar terdapat sejumlah daerah yang surplus beras. “Daerah-daerah yang surplus itu Sambas, Bengkayang, landak, Ketapang dan Kabupaten Pontianak,” paparnya.
Sedangkan sejumlah daerah lainnya, menurut La Eli masih kekurangan beras sehingga diperlukan pendistribusian dari daerah surplus. “Untuk memenuhi kebutuhan seperti Kota Pontianak yang bukan penghasil beras perlu impor atau perdagangan antar pulau (PAP) terutama untuk waktu-waktu tertentu, surpluskan pada Januari-April sedangkan Mei-Desember kita kekuarangan sehingga perlu tambahan dari luar,” urainya.
La Eli juga menyarankan agar dalam impor perlu diatur dengan regulasi jelas. “Jangan sampai terkesan pengusaha tidak mau membeli beras lokal karena selsih harga di Jawa dengan di Kalbar lebih menguntungkan di sana,” ucapnya.
»»  READMORE...