29 Mei, 2009

Pembabatan Mangrove di Kuala Karang

Khalid: Utamakan Kepentingan Jangka Panjang

Pemerintah Kabupaten Kubu Raya (KKR) diminta untuk tegas terhadap para pengusaha tambak yang terindikasi membabat hutan lindung mangrove di kawasan Desa Kuala Karang, Teluk Pakedai.
“Bagi yang membabat hutan lindung, apalagi itu Mangrove tidak boleh diampuni. Pemerintah harus tegas dan tidak perlu bertele-tele. Kita harus lebih memikirkan kepentingan jauh ke depan, kelestarian kawasan tersebut bukan kepentingan sesaat,” ucap Anggota DPRD KKR, Khalid Hermawan.
Khalid menyikapi indikasi pembabatan hutan Mangrove yang dilakukan PT Kandelia Alam di Desa Kuala Karang Kecamatan Teluk Pakedai. Diberitakan sebelumnya, masyarakat melaporkan sudah terjadi ‘pembersihan’ terhadap Mangrove seluas 30 hektar.
Selain itu perusahaan yang disebut-sebut milik salah satu bos dealer sepeda motor di Kalbar tersebut izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) nya menurut Kadishutbun KKR telah dicabut dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 541/Kpts-II/2002.
Sebelumnya perusahaan ini mengantongi izin berdasarkan Keputusan Bupati Pontianak Nomor 103.A Tahun 2003, yang diterbitkan pada tanggal 28 Mei 2003 dimana PT Kandelia Alam telah diberikan IUPHHK pada hutan alam (Mangrove) seluas 16.000 hektar.
“Kita minta Pemerintah dan aparat terkait serius menangani persoalan ini sebelum bencana alam besar akan menimpa Kubu Raya terutama di pesisir pantai akibat hutan yang penahan gelombang ludes. Ini yang saya sebut, mari berpikir untuk kepentingan lebih besar mengingat dan harus disadari bumi ini bukan untuk kita, tetapi titipan anak cucu,” tukasnya.
Ditegas alumni Fakultas Teknik Untan ini, dirinya tidak melarang investasi di kawasan Mangrove karena ini lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, namun investasi dan berusaha dengan prinsip pembangunan berkelanjutan tentu jauh lebih baik dibanding membabat hutan. “Silahkan berusaha dan berinvetasi tetapi jangan sampai merusak alam. Kita juga tidak ingin hutan lestari rakyat kelaparan. Tentu yang lebih baik mensinergikan semua kepentingan dengan kepentingan lebih panjang, kelestarian alam,” tukasnya.
Diingatkan Khalid, bila terjadi bencana akibat rusaknya Mangrove, selain masyarakat yang menjadi korban secara langsung, juga pemerintah yang akan menanggung semua beban kerusakan. “Saya rasa, ketika tambak tidak memberikan keuntungan, pengusaha tidak ada beban meninggal lokasi tersebut, sementara habitat sudah rusak dan bila terjadi bencana siapa yang rugi,” pesan Khalid
Selama ini, kasus pembabatan Mangrove di KKR yang mencuat ke permukaan untuk kepentingan tambak dan lainnya tidak pernah tuntas dan jelas penyelesaiannya. “Belum ada pengusaha yang dijadikan tersangka, yang ada hanya rakyat. Pengusaha yang punya modal dan menyediakan alat berat sama sekali belum tersentuh. Ini terkesan ada apa-apanya,” tukas legislator dari Partai Keadilan Sejahtera ini (PKS).
Dari data Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP) Mangrove Indonesia tahun 1999 menyebutkan sekitar 44,36% dari 472.365,80 hektare hutan mangrove di Kalbar mengalami kerusakan dengan berbagai tingkatan, mulai rusak ringan, sedang, hingga parah. Kerusakan 209.541, 47 ha hutan pantai itu disebabkan faktor alam dan kegiatan eksploitasi, semisal pembukaan wilayah dan pembangunan tambak skala besar.
Mangrove sendiri selain berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan, juga berperan sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan menangkap dan memerangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan yang kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus.
Di Kalbar terjadi kerusakan Mangrove akibat konversi 300 ha kawasan tersebut menjadi tambak di Desa Dabung dan Sepade, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya.
Dari data Dishubun Kubu Raya dari 55.439 hektar hutan mangrove yang di Kabupaten termuda tersebut, sekitar 3.981 hektar di antaranya tergolong rusak berat dan 561 hektar rusak ringan. Selain disebabkan maraknya pemanfaatan kayu untuk kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar dan untuk pembukaan tambak udang, kerusakan juga disebabkan tingginya abrasi pada ekosistem mangrove di Kubu Raya.
»»  READMORE...

PKL dan Keindahan Kota

Pedagang kaki lima (PKL) semakin terjepit saja wilayahnya. Ya, sejak dulu sector riil ini harus menerima kodratnya untuk digusur.
Di satu sisi, sector ini membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga pelaku dunia usaha ini. Namun di satu sisi, sector ini sering terkesan membuat keindahan kota terganggu, kotor dan macet.
Bagi PKL ini lahan mereka untuk penghidupan, ini urusan perut dan masa depan anggota keluarganya. Sedangkan bagi pemerintah, ini harus ditertibkan, aturan harus ditegakan. Bila bersikukuh, ya digusur.
Di balik kodratnya, ternyata PKL punya insting bisnis yang sangat besar. Mereka mampu membaca wilayah yang strategis untuk berdagang, bahkan jenis dagangan apa saja yang laku dijual. Soal modal, mereka tak perlu merepotkan orang lain, ya namanya pedagang kecil, modalnya kecil-kecilan dulu. Toh bisa kita lihat sendiri, semakin digusur, lapak-lapak PKL terus tumbuh dan tersebar dimana-mana.
Saat ini, penggusuran PKL semakin hari semakin ngeri melihatnya. Di Jawa Timur, hingga merenggut nyawa seorang bocah yang tersiram kuah bakso dagangan orangtuanya di kala menghindari penertiban. Di sejumlah daerah di Indonesia lainnya, bentrok tak terhindar hingga jatuh korban luka-luka.
Sementara di Sungai Raya Dalam, sejumlah pedagang berusaha memberikan perlawanan dengan membawa sebilah kayu. Syukurlah, kala itu bentrok bisa diredam dan dihindari sehingga tidak perlu jatuh korban.
PKL selalu menjadi simalakama. Pertemuan-pertemuan untuk mencari solusi sering tidak mencapai titik temu. Pemindahan lokasi berdagang pun ternyata bukan solusi tepat. Pasalnya, lokasi baru terkadang sepi pembeli dan membuat PKL tak bertahan. Bahkan, lokasi baru terkadang di isi PKL-PKL baru, sedangkan yang tertibkan malah tidak mendapatkan tempat.
Selain itu, penertiban terkesan pilih kasih. Ada wilayah-wilayah PKL yang tidak ditertibkan. Ini memancing dan menimbulkan rasa cemburu serta berkurangnya kepercayaan kepada pemerintah.
Ya, itulah fenomena yang ada. Bila tidak tepat menanganinya, PKL akan tetap menjadi masalah bagi wilayah perkotaan. Di sini diperlukan kebijaksanaan, pemahaman dan saling membantu antara pemerintah dan PKL sendiri, sehingga kota tetap indah, lalu lintas lancar dan PKL bisa berdagang.
Berdagang tentu tidak asal menjual dagangan, setidaknya berada di lokasi yang mudah dijangkau dan ramai pembeli, tidak menganggu ketertiban umum. Toh menjadi PKL tidak perlu harus membuat lapak-lapak menetap yang memberikan kesan kumuh, bisa saja dengan system lepas pasang atau gerobak dorong.
Bila sudah masuk jam berdagang, PKL memasang lapak-lapaknya atau mendorong gerobak. Bila sudah habis masa berdagang, semuanya harus bersih. Bersih dari lapak-lapak, sampah, kotoran maupun bersih dari kesan kumuh. Semoga kita menjadi arif menyelesaikannya.
»»  READMORE...

Menjaga Aset

Aset merupakan kekayaan yang harus dipelihara. Keberadaannya juga harus terdata secara lengkap dan jelas. Di sini diperlukan sistem inventaris yang sistematik secara manual maupun menggunakan teknologi.
Beberapa hari ini, persoalan aset milik Pemprov Kalbar sering menghiasi pemberitaan di sejumlah media massa. Terjadi selisih yang signifikan menembus angka Rp 140 miliar lebih dari total nilai aset yang bernilai Rp 1,9 Triliun.
Angka ini sangat fantastis dan menjadi temuan sementara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Terjadi selisihnya asset ini diakui Kepala Biro Pengelolaan Aset Sekretariat Daerah Kalimantan Barat, Kartius akibat terjadinya perbedaan acuan masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Mengapa demikian? Bisa hal ini disebabkan belum adanya penetapan untuk menggunakan acuan yang mana sehingga ada SKPD mengaju pada sistem akuntansi pemerintahan dan ada pula yang menggunakan Peraturan Menteri.
Memang tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini, namun bila tidak segera dikoordinasikan dan disatukan persepsinya mengenai acuan yang digunakan, tentu setiap tahunnya akan terjadi selisih asset dan ini akan membuat laporan keuangan Pemprov tetap disclaimer opinion.
Selain itu juga ternyata banyak asset terutama yang bergerak seperti mobil dinas masih di tangan sejumlah mantan pejabat. Pemprov mencatat ada delapan unit mobil dinas yang belum dikembalikan.
Asset seperti harus segera ditarik mengingat itu milik daerah yang harus dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 dan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Daerah.
Tentu bila kendaraan-kendaraan dinas ini ditarik, tentu akan memudahkan instansi yang memerlukan dan pemerintah tak perlu lagi mengeluarkan dana membeli yang baru, dana tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain untuk rakyat.
Mudah-mudahan saja, tidak ada asset yang tidak terdata sehingga merugikan daerah. Wajar saja, bila Gubernur Kalbar, Cornelis bicara keras mengenai asset mengingat banyak asset tak kembali.
Bahkan Gubernur dengan tegas menyatakan bagi yang tak mengembalikan dan menjadikan asset Negara sebagai milik pribadi namanya merampok.
Pernyataan ini wajar dilontarkan mengingat untuk membeli asset-asset tersebut menggunakan uang dari APBD yang notabene bersumber dari uang rakyat yang ditarik dari pajak-pajak, tentu penggunaannya juga harus untuk kepentingan pelayanan bagi rakyat. Kalau tidak dikembalikan, ya sama juga menghambat pelayanan bagi rakyat. Semoga asset selalu terjaga, terawatt, terdata dan terpenting tak beralih tangan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan.
»»  READMORE...

19 Mei, 2009

Ultah yang Menyedihkan


Selasa, 19 Mei 2009 kemarin, Harian Borneo Tribune genap berusia 2 tahun. Semarak menyambut perigatan hari jadi di tahun ini, sepertinya tidak begitu bagiku.
Di tahun pertama, aku ditunjukan sebagai ketua pelaksana. Ya, saat itu kami masih harus pontang-panting mengingat kondisi keuangan perusahaan yang belum stabil dan di satu sisi banyak sekali keperluan-keperluan yang harus dipenuhi perusahaan.
Kala itu, saya dan sejumlah teman-teman yang lain pun ikhlas bila gajian tidak tepat waktu, bukan hitungan hari terlambat bahkan 1-3 bulan. Pernah juga aku dibayar dengan sejumlah rupiah yang hanya ada di kantong celana manajer keuangan.
Semangat perjuangan saat itu sangat luar biasa. Saya rasakan kawan-kawan betul-betul kerja keras walaupun ada beberapa yang tidak bisa mengikuti irama tersebut. Ya, itulah dinamika.
Tiga bulan berjalan sejak dilauching 19 Mei 2007, perusahaan ini ditinggalkan sang manajer pemasaran. Kala itu langganan hanya beberapa ratus saja dan iklan yang masuk tak lebih dari 20 juta setiap bulannya.
Ya, kami yang termasuk pendiri jadi tumpuan. Selain harus memikirkan pendapatan bagi perusahaan, proses editing dan tetek bengek lainnya. Ini memang sudah sewajarnya. Kami harus bekerja keras dan cerdas untuk semua hal terkadang waktu 24 jam sehari tak cukup, padahal kami harus bersahabat dan menenangkan keluarga di rumah agar tidak mengeluh bila tidak gajian.
Idealis, keberagaman dan kebersamaan kala itu luar biasa terjalin. Kesatuan dan persatuan sungguh sangat erat, ini yang membuat semangat membesarkan perusahaan semakin berkobar.
Sejak ditinggalkan sang manajer pemasaran, kawan-kawan mempercayai saya mengomandoi ujung tombak bisnis perusahaan. Jujur saja, Saya saat itu menolak keras dan ini terpaksa diterima setelah melihat tatap sang pemimpin redaksi, Nur Iskandar penuh harap.
Tatapan itu aku maknai, perusahaan ini harus berkembang dan perlu kerja keras. Saya hanya pasrah, pasalnya Saya tidak menyukai manajemen dan kalau memasarkan hal itu bisa dilakukan. Usai keputusan, kepalaku langsung pusing dan tak bisa berpikir, aku pun menangis di teras depan lantai dua gedung perusahaan ini, bukan karena bahagia tetapi kuatir tak mampu untuk membuat perusahaan stabil dan meraih laba.
Keputusan tersebut membuat aku harus belajar banyak dalam waktu singkat. Memahami karater dan tabiat karyawan pemasaran, administrasi dan keuangan. Kecurangan ’kecil-kecil’ aku ungkap. Pasalnya bobrok sekecil apapun bila dibiarkan akan sangat menggoregoti. Memang tidak ada hukuman langsung, namun cukup menjadi pelajaran agar mereka tidak menggulanginya lagi.
Selain itu, aku membangun semangat kerja para staf di bawah jajaran ku. Ya, ada yang suka dan tidak. Setiap peluang bisnis dibidik, dilobi dengan prinsip harus dapat walaupun banting harga. Perlahan-lahan langganan terus naik dan pendapatan iklan mulai bergeser naik. Ya setidaknya operasional kantor sudah terpenuhi. (bersambung)
»»  READMORE...

18 Mei, 2009

Met Ultah Borneo Tribune

Besok, 19 Mei genap dua tahun usia Harian Borneo Tribune. 19 Mei 2007 lalu, bertempat di Pontianak Convention Center (PCC), suratkabar yang bernaung dibawah PT Borneo Tribune Press ini mulai diperkenalkan kepada khalayak ramai termasuk kru di dalamnya.
Dua tahun, merupakan usia yang masih singkat. Dalam perjalanan waktu tersebut banyak sekali pelajaran yang dipetik dan ini membuat media kami terus eksis menemani hari-hari pembaca sekalian.
Kami terus belajar. Belajar tidak hanya untuk bekerja keras tapi juga cerdas dan ikhlas. Cerdas dalam melihat dan memanfaatkan peluang untuk terus maju. Cerdas dalam mengelola rintangan, tantangan, cobaan maupun keterbatasan menjadi sebuah motivasi serta peluang sebagai pemicu mendapatkan yang terbaik.
Dalam bekerja memang diperlukan keikhlasan, apalagi membangun media baru dengan kekuatan sendiri. Ikhlas mengorbankan waktu, pikiran, tenaga termasuk perasaan. Ikhlas menerima keterbatasan dan kekurangan maupun kritik bahkan celaan.
Keikhlasan ini yang terus membuat kami bertahan dalam menghadapi semua cobaan dan berlomba dengan waktu. Keikhlasan memandang semua itu, sebagai motivasi membangun dan untuk bekerja lebih baik apalagi dalam batas deadline yang ketat.
Kami sadar, untuk mengetahui dalamnya laut tidak cukup hanya menyelam di dalam parit. Untuk itu kami terus belajar dan meningkatkan kemampuan jurnalistik para awak redaksi, baik secara internal maupun eksternal seiring perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan.
Tentu semua ini demi kualitas suguhan kepada para pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat kami harapkan. Tanpa pembaca sekalian, kami bukan apa-apa. kebersamaan dalam keberagaman ini menjadi ’pupuk’ tumbuh dan berkembang semakin besar. Selamat Ulang Tahun Borneo Tribune.
»»  READMORE...

16 Mei, 2009

Budayakan ‘Curhat’

Banyak persoalan yang membelit Kota Pontianak. Dari pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sampai lambatnya proses pembuatan kartu tanda penduduk (KTP). Semua problema perkotaan tersebut perlu pemecahan yang konkrit, tepat sasaran dan tidak menciptakan masalah baru sebagai dampak ikutan.
Penanganan persoalan-persoalan tersebut tidaklah layak dibebankan kepada pemerintah saja, apalagi angka anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang sulit untuk memenuhinya.
Disinilah, perlu peran besar secara aktif pihak swasta, masyarakat maupun akademisi. Salah satunya saling berkomunikasi dua arah sehingga bisa saling memahami keinginan, kemampuan dan rencana yang sudah atau akan dilakukan.
Langkah bijak dan tepat dilakukan Fakultas Ekonomi (Fekon) Universitas Tanjungpura. Mereka tidak hanya mengelar ulang tahun dengan reuni akbar bersama para alumni, namun berdialog langsung dengan Walikota Pontianak, Sutarmidji.
Dari forum ’curhat’ tersebut, tergambar sejauhmana pemimpin Kota Pontianak ini berpihak kepada rakyat, melaksanakan aturan, apa yang sudah dan akan dilakukan dalam beberapa bulan sejak dilantik, bahkan kemampuan dalam mengatasi persoalan-persoalan di wilayah teritorialnya.
Beraneka macam keluhan, saran dan kritikan pun dilayangkan ke Walikota Sutarmidji. Sang Walikota pun memahami keinginan dan ’kesusahan’ rakyatnya. Mantan Walikota ini pun dengan lugas menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang disampaikan serta kendala yang dihadapi.
Semuanya menjadi ’gampang’. Rakyat mendengar dan mengetahui langsung dari pengambil kebijakan. Dialog dua arah ini menjadi hal yang sangat produktif, tanpa harus ragu-ragu, menyembunyikan, curigai ataupun saling menjatuhkan, toh hasilnya juga untuk kebaikan bersama.
Upaya bijak dan cerdas (Curhat) ini layaklah kiranya dilanjutkan dan dibudayakan. Masyarakat dan pemerintah memiliki ’ruang’ untuk saling bersama menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Semoga
»»  READMORE...

14 Mei, 2009

Saatnya Punya Pelabuhan Baru

Kasus kandasnya kapal motor (KM) Lawit jurusan Pontianak-Surabaya yang membawa ratusan penumpang dan puluhan anak buah kapal (ABK) di alur antara BUOY No 3 dan 4 pelayaran muara Jungkat sejak Kamis (23/4) pukul 02.00 patut menjadi pelajaran berharga bagi kita semua terutama Pelindo, Departemen Perhubungan, Pemerintah Daerah.
Kandasnya kapal ini sebagai bentuk peringatan agar pemerintah segera merencanakan bahkan merealisasikan pembangunan pelabuhan baru yang lebih respresentatif, baik dari segi daya dukung prasarana, akses ke ibukota provinsi, perekonomian, sosial dan kemampuan keuangan maupun dampak lainnya.
Ini juga membuktikan bahwa alur muara Jungkat sudah sangat dangkal dan membutuhkan penggerukan. Tentu tidak mungkinkan, kapal keluar masuk menunggu air pasang? Lantas bagaimana bila Kalbar didera musim kemarau berkepanjangan dan air Sungai Kapuas surut hingga hanya memiliki kedalaman 3-4 meter saja?
Dampaknya, membawa penderitaan yang sangat besar bagi rakyat Kalbar. Pasalnya arus keluar masuk orang, barang dan jasa akan sangat terhambat dan terlambat. Ini akan menciptakan high cost. Mau tidak mau transportasi udara jadi pilihan dan tentunya harganya jauh lebih mahal.
Masyarakat juga akan menderita karena kebutuhan terutama sembilan bahan pokok (Sembako) dan lainnya, sebagian besar dipasok dari luar Kalbar. Bila terlambat saja, harga barang-barang kebutuhan tersebut akan cepat melonjak. Rakyat yang kembali menderita.
Di saat barang mahal di pasaran, secara bersamaan, masyarakat juga tidak bisa mengangkut, mendistribusikan dan memasarkan hasil pertanian, perkebunan, perikanan maupun produk-produk lainnya ke luar Kalbar yang merupakan pangsa pasar mereka. Mereka akan menanggung rugi biaya produksi dan yang pasti tidak memperoleh pendapatan yang berarti. Alhasil Berapa daerah ini akan menambah angka kemiskinan dan masyarakat yang kehilangan pekerjaan?
Sementara itu, penggerukan i sendiri hanya langkah pemeliharan untuk jangka pendek yang tentu menyedot dana dalam jumlah besar dan bukan pemecahan masalah dalam jangka panjang.
Sudah saatnya, ada alternatif pelabuhan lain yang jauh lebih respresentatif dengan sarana prasarananya. Tentu ini tidak semudah mengembalikan telapak tangan dan membutuhkan biaya yang besar, namun untuk kepentingan yang lebih dan jangka panjang, mengapa tidak kita mulai? Tentu tanpa korupsi dunk. Semoga.
»»  READMORE...

Menjual ‘Babi’ Dalam Kemasan ‘Sapi’

Di saat hingar bingar situasi politik di negeri ini, kasus lemak Babi dalam produk makanan kembali menyeruak. Persoalannya, Babi-hewan berkaki pendek ini, menurut hukum Agama Islam, haram.
Tentu, apa yang ditemukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan sampling dan pengujian terhadap 15 produk dendeng dan 20 produk abon serta menemukan lima produk abon/dendeng babi yang dijual sebagai abon/dendeng sapi, sangat menghentak bangsa ini yang mayoritas penduduknya muslim.
Hasil uji yang dipaparkan Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib sudah jelas merk dan perusahaannya. Produk berlabel sapi yang mengandung DNA babi itu terdiri atas Dendeng/Abon Sapi Gurih Cap Kepala Sapi (250 gram), Abon dan Dendeng Sapi Cap LIMAS (100 gram) produksi Langgeng, Salatiga, dan Abon/Dendeng Sapi Asli Cap A.C.C.
Selain itu juga merek Dendeng Sapi Istimewa Beef Jerky `Lezaaat` (100 gram) produksi MDC Food, Surabaya, dan Dendeng Daging Sapi Istimewa No.1 Cap 999 (250 gram) produksi S. Hendropurnomo, Malang.
Bahkan, ada produk yang mencantumkan label halal. Ini jelas penipuan. Penyelesaiannya tidak hanya test di laboratorium, diumumkan dan dirazia saja, ditarik dari peredaran, lantas permohonan maaf, tetapi tindakan tegas dengan hukuman maksimal perlu dilakukan.
Apalagi, bila pemilik perusahaan tersebut tahu bahwa produksinya ’mengandung’ Babi. Ini mencederai hak konsumen. Hak yang harus dilindungi, hak yang harus diprioritas oleh pemerintah.
Kita berharap kedepan, pemerintah harus jeli dan tidak mudah mengeluarkan izin terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan apalagi terhadap’pengusaha-pengusaha’ yang tak jelas ’nawaitu’nya mengingat isu Babi di dalam makanan sangat sensitif.
Begitu juga dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kita berharap lebih serius mengawasi, mengontrol dan lebih ketat dalam mensertifikasi ’halal’ produk-produk makanan sehingga kasus-kasus serupa tidak terulang lagi. Semoga.
»»  READMORE...

Pemilu Aman, Kita Pun Senang

Spanduk Polda Kalbar ‘Pemilu Aman, Kita pun Senang’ bisa kita jumpai di sejumlah sudut Kota Pontianak. Spanduk imbauan dengan kata-kata kreatif, singkat dan jelas maksudnya tersebut, memiliki dampak besar bagi pada pelaksanaan dan pasca pesta demokrasi 9 April kemarin.
Pemilu di Kalbar secara umum dinilai Kapolda Kalbar, Brigjen (Pol) Erwin TPL Tobing semuanya berjalan aman dan lancar. Kondisi ini bisa kita rasakan sendiri. Pedagang masih banyak yang berjualan, kendaraan seperti biasa berlalu lalang dan anak-anak masih bisa teriak dan tertawa ketika bermain, kita pun tidak ada rasa was-was sedikitpun ketika hendak keluar rumah.
Sukses di H pencontrengan tersebut juga tidak terlepas dari sosialisasi yang gencar dilakukan Polda Kalbar beserta jajaran, KPU, Panwaslu, organisasi masyarakat, agama, pemuda maupun lembaga swadaya masyarakat, caleg maupun parpol.
Selain itu juga, ketegasan pihak kepolisian untuk bertindak terhadap ’pengacau’ Pemilu akan menjadi jaminan bagi penegakan hukum. Kapolda sendiri mengingatkan kepada siapapun yang berusaha mengganggu keamanan Pemilu akan ditindak tegas. Termasuk sampai proses penghitungan suara. ”Jangan bertindak anarkis, jika ada permasalahan, silakan ditempuh dengan jalur yang sudah ditetapkan undang-undang,” kata Erwin menegaskan.
Tentu kita berharap caleg maupun parpol bisa bersikap bijak dan cerdas dalam menemukan dan melihat ’kecurangan-kecurangan’ terjadi. Menempuh cara-cara yang diperkenankan Undang-undang dan ini akan membuat suasana tetap kondusif serta lebih elegan.
Sikap dewasa berpolitik yang ditunjukkan masyarakat selama ini, seharusnya diikuti oleh para caleg dan Parpol dalam menyikapi hasil dari perhitungan suara. Mari kita tunjukan kedewasaan dalam berpolitik, bukan malah membuat keonaran yang buntutnya tidak menyelesaikan masalah malah menambah masalah.
Setelah masa pencontrengan lewat, mari kita dengan sabar menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU. Jangan sampai gegabah menyikapi hasil perhitungan cepat, tentu penetapan dari KPU merupakan sikap resmi penyelenggara pesta lima tahunan ini.
Bila anda tidak terpilih menjadi anggota legislatif, bersabar saja. Koreksi diri lebih penting untuk menggapai keberhasilan yang tertunda tersebut. Bersikap tenang akan membuat anda lebih baik karena lima tahun mendatang masih ada Pemilu.
Agar Pemilu tetap terlaksana lima tahun mendatang, kita semuanya harus menjaga kondisi bangsa ini agar tetap aman dan tidak ambruk secara ’ekonomi’. Selain itu juga, kondisi kesehatan fisik maupun psikologis harus tetap terjaga, jangan sampai gila. Ya, karena Undang-undang tidak memperkenankan orang-orang gila menjadi Caleg. Bila tidak terpilih anggap saja belum retak tangan, sabar ya.
»»  READMORE...

13 Mei, 2009

Waspada Puting Beliung

Ancaman 'serangan' puting beliung perlu diwaspadai. Kalbar, bukan hanya daerah yang rawan, namun menjadi langganan bencana alam tersebut.
Kamis (2/4) kemarin pukul 00.00, terjangan angin diikuti hujan deras telah membuat tujuh rumah warga di Jalan Tanggul Laut, Dusun 4 Desa Sungai Rengas Kabupaten Kubu Raya nyaris hancur lebur.
Bukan itu saja, walaupun bukan dampak langsung, puting beliung tersebut membuat perbaikan runway bandara Supadio Pontianak terhambat. Pekerjaan yang biasa dilakukan malam hari tersebut tertunda dan baru bisa dikerjakan pagi hari. Dampaknya sejumlah penerbangan dari dan ke Pontianak juga tertunda.
Kerugian-kerugian tersebut bila di-rupiah-kan nilai sangat besar. Belum lagi beban psikologis yang dialami warga terutama anak-anak kecil. Bencana yang kerap datang tersebut, patut diwaspadai.
Di kala hujan deras dengan tiupan angin tidak seperti biasanya, bisa menjadi warning untuk mempersiapkan langkah apa saja yang dilakukan ketika bencana terjadi. Tak salah bila kita mengikuti pepatah 'sedia payung sebelum hujan'. Ini mungkin bisa membantu meminimalkan kerugian akan harta benda maupun korban dari warga.
Selain itu juga, langkah menjaga dan melestarikan alam menjadi tugas kita semua. Kerapnya bencana terjadi juga diyakini akibat dari perubahan dratis dan kerusakan hutan, baik melalui penebangan secara illegal maupun dikonversi untuk 'kepentingan-kepentingan' lainnya.
Ini juga tidak terlepas dari politik will semua pihak terutama pemerintah bersama aparat pelaksananya. Terpenting bagaimana memanfaatkan dan menata kawasan hutan baik untuk kepentingan ekologis, ekonomi maupun wisata. Tentu kita semua tidak ingin menjadi korban dari bencana alam yang terjadi. Namun jangan sampai perbuatan maupun tindakan yang kita lakukan juga, menjadi bencana bagi orang lain. Semoga
»»  READMORE...

Selamat Jalan Henri Usman

Mantan Sekretaris Daerah Drs Henri Usman, MSi telah berpulang ke rahmatullah, Kamis (30/4) kemarin. Sosok kelahiran 2 Oktober 1945 menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pertamina Jakarta.
Banyak prestasi yang ditorehkan Henri Usman. Tidak hanya di bidang pemerintahan, mantan Bupati Pontianak ini juga berkecimpung di dunia olahraga. Di bawah kepemimpinannya di sejumlah cabang olahraga, Kalbar sering meraih kejayaan di pentas nasional dan dunia.
Henri merupakan Ketua Pengda Persatuan Angkat Berat Besi Seluruh Indonesia (PABBSI) dan Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Kalbar. Kakak Ir Supandry Usman ini dikenal tidak segan-segan melihat langsung para atletnya latihan.
Peraih 73.537 suara sah pada Pemilu 2009 untuk DPR RI, sering terlihat berada di arena latihan PABBSI di Komplek SSA, bahkan di pusat latihan anggar di Kota Mempawah. Saat bertandingpun, Henri sering terjun langsung memberikan support kepada atlet. Hasilnya, sejumlah juara nasional, dunia maupun pemecahan rekor berhasil dipersembahkan.
Ketua DPD Partai Demokrat ini, semasa hidupnya juga sering mengajak atletnya makan bersama. Dalam situasi tersebut, selalu terbuka dialog, kritik, saran maupun usulan bagaimana meningkatkan prestasi. Cara dan gaya yang flamboyan membuat Henri Usman dinilai sukses memimpin sejumlah cabang olahraga tersebut.
Tentu kita berharap sepeninggalan tokoh olahraga ini, cabang-cabang olahraga harus terus meningkat prestasi sehingga apa yang terbaik dipersembahkan almarhum tidak habis begitu saja.
Mantan Camat Sungai Raya ini juga dikenal dekat dengan pekerja-pekerja pers. Almarhum tidak pernah membuat sekat bahwa dirinya pejabat dan wartawan. Tidak jarang peraih Bintang Jasa Satya Lencana Setia Bhakti Husada ini menerima para wartawan di kediamannya. Selain mengkonfirmasi berita, diskusi-diskusi mengenai Kalbar juga mengalir.
Selamat jalan Henri Usman, selamat jalan tokoh olahraga. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
»»  READMORE...

12 Mei, 2009

Tak Terpilih Bukan Akhir Segala-galanya

Pemilu 2009 telah usai. Hasil perolehan suara masing-masing calon legislatif (Caleg), partai politik (Parpol) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pun telah diketahui. Harap-harap cemas pun telah berubah suasana. Ada yang gembira, ada yang murung dan bahkan ‘ketawa-ketiwi’ sendirian.
Maklum saja, masa sebelum pemungutan suara merupakan waktu yang terasa sangat panjang dan melelahkan. Parpol, Caleg dan calon anggota DPD pun sibuk turun ke lapangan, mendekati dan berusaha meyakinkan masyarakat bahwa mereka yang terbaik dan layak dipilih.
Usaha dan kerja keras pun digenjot. Pikiran, waktu dan tenaga terkuras. Uangpun sudah tak terhitung keluar dari kantong bahkan katanya utang mengalir deras. Terpilih, maka senyum terumbar, kerja-kerja politik yang dilakukan pun tak terasa dan yang ada hanya kebahagiaan, syukur-syukur ingat membayar utang.
Bagi yang tak terpilih? Wajah-wajah murung mulai terlihat, senyumpun tipis-tipis samar. Bahkan ada yang sampai terganggu jiwanya dan lebih nekad lagi, ada yang bunuh diri. Politik pun dinilai kejam.
Memang terkadang kita hanya mempersiapkan diri untuk menang dan jarang yang siap kalah. Hal ini terkadang membuat kita terlena, hitung-hitung politik pun menjadi tak masuk akal.
Bagi yang kalah suara, marilah bersabar. Gunakan logika sehat bahwa tak terpilih bukanlah akhir dari segala-galanya. Belajar bahwa ini sebuah pelajaran untuk meraih kemenangan di Pemilu mendatang. Mungkin saja, yang terpilih di Pemilu 2009 ini, adalah orang-orang yang di Pemilu 2004 lalu kalah suara.
Bila benar, ayo kita belajar dari mereka. Mungkin ada strategi dan taktik yang bisa didapat untuk meraih kemenangan yang masih tertunda ini.
Bagi yang tak terpilih, menenangkan diri sejak mungkin lebih baik. Berpikir jernih dan sabar akan membuat hidup ini jauh lebih berarti. Semoga.
»»  READMORE...

SMS Caleg

Semakin dekat hari pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu tahun 2009 ternyata buat pusing juga. Pasalnya, dalam sehari saja bisa puluhan short message service (SMS) yang mampir di nomor telpon seluler saya.
SMS dari para caleg ini juga tentu ada yang masuk di HP para pembaca sekalian dengan pesan senada. SMS itu jelas isinya kampanye. Mereka dari berbagai partai. Ada juga satu partai dengan nomor urut berbeda, dapil sama. Para caleg itu meminta dipilih pada 9 April 2009. Bukan itu saja, mereka meminta agar mengajak sanak saudara memilihnya.
Yang membuat pusing, kapasitas inbox saya dengan cepat sekali penuh dan ini membuat sejumlah SMS yang penting pun tertunda masuknya. Kapasitas untuk menyimpan pesan di telpon genggam saya yang merupakan seri terbaru 5 tahun lalu, tidak terlalu besar.
Baru 80-an pesan yang masuk sudah penuh. Ini membuat tangan mendapat pekerjaan tambahan menghapus SMS setiap kali masuk seusai habis dibaca.
Soal pilihan, saya sudah mengantongi satu nama, baik buat DPRD Kubu Raya, DPRD Kalbar, DPR RI maupun DPD RI. Untuk keluarga, mereka juga sudah punya pilihan sendiri-sendiri.
Ya, SMS-SMS itu juga sebagai bentuk usaha. Usaha untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya agar terpilih menjadi anggota legislatif yang terhormat. Terhormat karena jabatan, tinggal bagaimana mempertahankan moral serta sepak terjang, tetap terhormat juga.
Usaha untuk merebut dan memenangkan hati rakyat melalui SMS tentu sah-sah saja sebatas sesuai aturan dan tidak memaksa. Untuk SMS memang memerlukan modal yang cukup besar, tetapi cara ini mungkin jauh lebih efektif. Mengirim SMS tentu jauh lebih baik ketimbang 'serangan fajar' membagi-bagikan uang atau bentuk lainnya ke rumah-rumah, di jalan menuju TPS maupun memanipulasi suara.
Nah, 9 April, tugas kita sebagai warga negara yang memiliki hak pilih, gunakanlah secara bertanggungjawab untuk memilih wakil di lembaga legislatif. Bukan hanya memberikan suara dengan cara mencontreng saja, tetapi juga mengawasi pelaksanaannya. Mengawasi agar tidak terjadi kecurangan, manipulasi maupun money politic.
Tentu, sangat-sangat tidak layak bila caleg-caleg 'busuk' yang mewakili kita di lembaga legislatif. Ayo, mari kita tentukan masa depan daerah dan bangsa ini, dengan memilih caleg-caleg yang kita ketahui memiliki kredibilitas, kapabilitas, kapasitas serta moral yang baik pula. Ingat 9 April jangan lupa memberikan suara, sekaligus mengawasinya. Selamat menentukan pilihan
»»  READMORE...

Panggung Sandiwara

Melabrak prinsip merupakan bagian yang tersulit bagi orang-orang yang memiliki karakter dan jati diri. Namun terkadang kondisi ‘kekinian’ membuat prinsip-prinsip yang sudah tertanam harus dibuat ‘bersahabat’.
Ya, bersahabat dengan peraturan-peraturan, keselamatan, keamanan, desakan kebutuhan hidup dan terkadang pemaksaan halus yang diselubungi dengan kata-kata ‘demi kepentingan’. Kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi, dilayani dan dipuja-puja bahkan harus bertekuk lutut.
Ya, sudahlah. Toh menurut lirik lagu yang didendangkan Ahmad Albar ’dunia ini merupakan panggung sandiwara’. Tempatnya orang-orang untuk berpura-pura dan memainkan perannya untuk meraih tahta, harta dan wanita, walaupun tidak semua orang seperti itu.
Banyak petinggi dan orang-orang yang terhormat di negeri ini menjadi paling rendah dinilainya akibat masuk dalam kubangan lilitan kasus kolusi, korupsi, nepotisme dan perselingkuhan.
Tentu, untuk urusan tahta, harta dan wanita tidak hanya hinggap kepada petinggi-petinggi saja, sekarang ini seorang ‘gembel’ pun bisa memainkan dan ambil peran. Mungkin saja mereka belajar dari kasus-kasus petinggi tersebut. Ya, mulai dari hal-hal kecil seperti ’menjilat’, adu domba, bahkan perlahan-lahan menikam.
Trik-trik ’kacung’ seperti ini sebenarnya mudah sekali kelihatan di permukaan. Ya, tergantung dari kesadaran dan kepekaan kita sendiri. Bila kita termasuk orang-orang yang suka memanfaatkan dan mengambil ataupun mendapatkan keuntungan maka hal-hal ini akan menjadi bagian ’permainan’ yang akan dijalankan dan anda tinggal menyiapkan ’kambing hitamnya’
Namun bila kita peka dan tidak ingin ’tertampar’ serta sadar akan berdampak buruk, maka-maka aksi-aksi ’kacung’ seperti itu segera dihentikan. Tindakan tegas harus diberikan, dieksekusi dan tidak boleh digantung.
Semakin lama dibiarkan akan menjadi parasit ataupun lintah yang terus menerus mengisap hingga kering. Bila sudah begitu, anda akan ditinggalkan, good bye.
Ya, semua tergantung pada kita untuk memilih. Salah ’mengoperasi’ akhirnya juga akan menyulitkan diri sendiri. Terpenting mencari kebenaran tidak harus melihat dan mendengarkan dari satu sisi. Semoga kita menjadi arif untuk memilih yang terbaik.
»»  READMORE...