06 November, 2007

Sambil menetek?

Aku seakan jengah dengan kata idealisme. Di jurnalis, kata yang mengandung prinsip ini lebih kuat kepada ‘amplop’ dalam artian tidak menerima suap atau apapun segala bentuk barang dari narasumber.
Namun apakah idealisme itu hanya sebatas itu? di media, idealisme tanpa amplop syah-syah saja diterapkan, tetapi idealisme tanpa iklan? Hal itu sulit sekali, sudah mampukah Koran anda untuk itu?
Saya rasanya mau ketawa, darimana gaji karyawan mau dibayar? Darimana uang jalan mau diberikan? Hahaha, itu idealisme bullshit. Kecuali karyawannya sudah kaya duluan dan tidak perlu uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
Mana mau bicara idealisme, kalau uang jalan tak diberi tetap juga komplain? Kalau uang fee iklan dan pesan koran masih juga diambil? Atau dibayar lebih juga diambil? Atau kata idealisme hanya sebatas amplop tadi?
Lantas idealis kah seorang wartawan ketika terlibat kandidat calon pimpinan daerah atau legislator? Bahkan berkuasa terhadap halaman Koran untuk kepentingan oranglain? Idealiskah?
Semuanya dibangun atas rasa keprihatinan dan kesetiakawanan dibalut kebersamaan. Belum ada kata idealisme, bukan mengatasnamakan idealisme tetapi dibuat sebagai selubung, syukur dijadikan kondom. Selain sebagai alat pelindung dan mampu memberi rasa aman. Jangan pula kata idealisme dimanfaatkan untuk membeli kondom.
Tak banyak yang tahu apa yang terjadi di dalamnya. Hanya bicara mudah saja, apalagi bernada kecaman dengan tujuan menghancurkan oranglain. Ya hati-hati saja seperti kata pepatah, anjing mengonggong iblis untung.
Silahkan anda beridealisme atau bicara etika press, tapi bagaimana dengan puluhan karyawan yang butuh makan? Bbukan hanya untuk satu orang, bukan buat aku, kamu dan dia. Wahai idealisme, mampukah kamu membayarnya?
Jangan bicara asal, kerja saja yang benar. Bulatkan tekadmu sehingga besar bukan mengkerdilkan, mematahkan atau menghancurkan semangat. Karena saat ini yang tertinggal hanya semangat saja.
Sadarlah, siapa dia dan siapa aku? Aku dari awal membangunnya. Dia? Orang yang saat ini benar-benar menikmati hasil jerih payah, untuk kepentingan orang lain. Untuk kepentingan orang lain dengan mengataskan nama, pemilik perusahaan pun dibantai. Bila bicara satu kata lagi, pasti ada yang hancur.

Tidak ada komentar: