14 Juni, 2009

Kenangan Bersama ‘Iguana’

Kenangan di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura kembali teringat beberapa minggu terakhir ini. Sudah lama tidak berada di lingkungan green campus tersebut. Aku dulu menyelesaikan pendidikan di program studi ilmu tanah. Seingatku, Maret 2001, aku menjadi salah satu wisudawan di perguruan tinggi terbesar di Kalbar ini.
Masuk masa perkuliahan, Agustus di tahun 1995 membuat kami disebut Angkatan 1995. Untuk lebih mengkompakan sesama anggota angkatan, kami pun memberi nama ‘Iguana 95’. Iguana memiliki nama latin Iguana iguana.
Binatang yang paling sering dikenal sebagai kadal ini berasal dari Amerika bagian Tengah dan bagian Selatan Central and South America. Iguana yang import kebanyakan dari Columbus, El Salvador, Hoduras, Peru, Mexico dan Suriname. Iguana Dewasa bisa mencapai 1.8 meter.
Iguana memiliki lima jari di tiap kakinya, memiliki ‘jengger’. Memiliki duri yang berada di sepanjang punggungnya. Warna Iguana adalah hijau, semua juvenil mempunyai warna hijau, tapi setelah mereka dewasa,warna tubuhnya berubah menjadi coklat cenderung oranye dengan garis pada ekornya.
Binatang ini kami pilih karena unik. Selain itu juga, bila dipelihara terkesan ekslusif mengingat harganya yang lumayan mahal. Hewan ini juga mudah akrab dengan manusia. Bukan itu saja, walaupun memiliki lidah untuk menjilat, binatang ini tidak termasuk ‘penjilat’ apalagi korupsi, kolusi dan nepotisme atau ‘aji mumpung’—mumpung dekat pejabat, manfaatkan terus (kalimat terakhir datangnya dari hati nurani yang galau nih).
Ingatan kembali ke kampus pertama setelah pintu gerbang Jalan A Yani tersebut, tatkala sejumlah rekan-rekan angkatan 95, aktif di facebook (FB).
Ya, melihat nama dan foto rekan-rekan tersebut, secepatnya aku add menjadikannya teman di dunia maya. Karena FB lebih lengkap dengan fasilitas chatting, kami pun sering ‘share’. Kenangan kala di kampus dulu semakin dibuka dan menjadi bagian story yang terus menerus dibicarakan dan bahkan diketawakan.
Aku kembali teringat tatkala menjalani masa opspek. Sang pengerah massa Nur Iskandar---kini pimpinanku di Harian Borneo Tribune—dengan lantang melemparkan sejumlah pertanyaan, yang dijawab atau tidak, pun tetap salah. Begitu juga Azdi. Suara kerasnya yang berdenging di dekat telinga membuat aku sontak terperanjat. “Kamu dengar ndak, push up kamu,” bentak Azdi. Ya, pagi itu, mungkin lebih 200 kali aku push up, mulai keluar dari Gang Sepakat 2 hingga olahraga pagi.
Masa-masa opspek banyak memberikan manfaat. Selain membuat kita berusaha bangun dini hari, juga mengasah nalar hingga cerdas membaca apa keinginan dari senior, pantang menyerah mencari barang-barang yang akan digunakan keesokan harinya, membuat lebih berani untuk beragumen dan berhitung dalam bertindak. Namun, di sisi lain sangat tidak baik bila opspek dibarengi ‘kekerasan’ yang melebihi batas kewajaran. Ini akan menciptakan generasi-generasi pendendam bahkan korban jiwa.
Di facebook kami juga saling mengingatkan tatkala lucu-lucunya menjalani agriculture go to (AGT). Ini merupakan kegiatan penutupan massa opspek di jurusan yang dilengkapi bhakti social bagi masyarakat sekitar lokasi. Panitianya senior satu angkatan di atasnya.
Ya semua kenangan pahit dan indah masa-masa kuliah satu persatu terlintas. Ya mengenang masa-masa kuliah di kala telah sarjana terasa lebih enak ketimbang menjalaninya dulu. Jaya selalu pertanian Indonesia, jadikan bangsa ini lumbung dari segala kebutuhan pokok bagi warganegaranya. Salam Iguana 95.
»»  READMORE...

Kematian Rudiyanto yang Misterius


Chia Rudiyanto (23), warga Dusun Sumbawa RT 02 Rw 07, Desa Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang menjadi perhatian masyarakat.
Pemuda ini, Sabtu 25 April lalu dilaporkan meninggal dengan cara gantung diri di tahanan Mapolsek Sui Duri.
Pria ini berada di tahanan terkait dugaan kasus pelecehan seksual. Ia ditangkap karena adanya laporan Abon, warga setempat yang tidak terima anaknya, Teddy Wijaya, menjadi korban pelecehan kala itu.
Keluarga almarhum Rudiyanto jelas menaruh curiga atas kematian ini. Mereka menemukan beberapa kejanggalan. Saat itu, pihak kepolisian bersikukuh tersangka meninggal gantung diri.
Kapolres Bengkayang, M. Nasir S, dikonfirmasi saat itu mengungkapkan telah dilakukan visum sebanyak dua kali, di Puskesmas Sui Duri dan Rumah Sakit Abdul Aziz Singkawang, menyatakan korban positif gantung diri, dengan tanda-tanda bekas jeratan baju di leher, serta dari kemaluannya mengeluarkan sperma.
Kapolres juga mengakui kejadian ini merupakan kesalahan dua anggotanya yang lalai menjalankan tugas piket untuk mengontrol tahanan. Untuk itu, dirinya akan mengambil tindakan tegas dan sanksi kepada kedua petugas tersebut, jika dinyatakan bersalah berdasarkan kode etik Polri.
Namun, keterangan tersebut tidaklah mampu menyakinkan pihak keluarga atas kematian Rudiyanto. Pihak keluarga menemukan ketidakwajaran itu karena ada tanda-tanda kekerasan di fisiknya.
Kebenaran kematian Rudiyanto perlu diungkap. Penyebabnya terus menggelanyut dan menjadi pikiran. Sebagai warga Negara yang sama derajatnya di mata hukum, jalan mencari keadilan terbuka. Usaha-usaha membuka tabir gelap ini terus dilakukan.
Yang salah memang harus dihukum. Hukuman yang diberikan juga harus dengan cara-cara benar. Benar jelas sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, bukan dengan kekerasan apalagi hingga merenggut jiwa seseorang, sementara kasusnya baru tingkat pengaduan belum dijatuhkan vonis bersalah atau tidak.
Fakta penyebab kematian perlahan mulai terbuka. Pernyataan karena gantung diri mulai terbantahkan. Pihak keluarga almarhum Rudiyanto dengan merogoh kocek sendiri mendatangkan dokter tim forensik, Abdul Muin Rasit.
Jumat (12/6) kemarin, dokter ini mengotopsi jenazah Rudiyanto. Hasilnya? Ditemukan ada bekas pendarahan di kepala bagian belakang korban. Kepala belakang korban retak 4 cm dan pernah terjadi pendarahan di bagian otak, bagian kepala, perut dan juga bekas lebam.
Untuk otopsi sendiri pihak keluarha mengikhlaskan makam Rudiyanto di pemakaman yayasan Pasir Gunung, Desa Sungai Pangkalan Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang dibongkar kembali.
Fakta yang dibeberkan dokter forensic menegaskan telah terjadi kekerasan terhadap almarhum sebelum meninggal? Lantas siapa yang begitu kecam melakukan penganiyaan tersebut? Siapa di balik itu semua? Mengapa itu dilakukan?. Kemudian bagaimana bila Rudiyanto tewas bukan karena gantung diri? Bagaimana hasil dari 2 visum sebelumnya?
Tentu masih banyak rantai pertanyaan yang menunggu jawaban. Ini semua menunggu kejujuran untuk mengatakan yang fakta maupun kejadian yang sebenarnya. Semoga ini kasus ini bisa menjadi pelajaran kita semua.
»»  READMORE...

Beraneka Ragam Melilit Lingkungan Hidup

Setiap tahun pada 5 Juni bangsa ini memperingati Hari Lingkungan Hidup. Begitu juga di tahun ini, Pemerintah Republik Indonesia kembali menyerahkan piagam dan plakat Adipura dan Adiwiyata.
Walaupun begitu, kerusakan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat, baik kuantitas dan kualitas. Kesadaran untuk ‘ramah’ dengan lingkungan belum menyentuh semua stakeholder maupun masyarakat di negeri ini.
Di Kalbar saja, sejumlah kegiatan illegal seperti perambahan hutan, mangrove, pertambangan emas tanpa izin (PETI), pembakaran lahan atau pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan secara besar-besaran.
Upaya pemerintah untuk menangani kerusakan lingkungan ini memang telah dilakukan. Pemerintah berupaya menanam hutan mangrove, menggalakan kegiatan menanam pohon bagi warganegaranya, melakukan penangkapan penebang liar maupun pelaku PETI.
Namun, upaya ini bila tidak didukung dengan kesadaran sendiri dari masyarakat, pengusaha maupun oknum-oknum penegak hokum maupun birokrasi akan berjalan dengan lambat, sementara kerusakan berlangsung dan dampaknya pun terus menerus dirasakan.
Bahkan pakar Lingkungan Hidup Indonesia, Profesor Emil Salim mengharapkan masyarakat mengubah gaya hidup dan cara berbisnis ke arah yang ramah lingkungan.
Emil melihat dmpak pemanasan global itu nyata dengan kenaikan muka air laut semakin tinggi. Akibatnya hingga sekarang, sudah 29 pulau hilang akibat peningkatan muka air laut. Untuk mencegah peningkatan air laut akibat pemanasan global, maka perlu ada "sustainable development" yang terkait dengan ekonomi, sosial, dan teknologi.
Dari sisi ekonomi dibutuhkan komitmen dalam setiap usaha agar memiliki cara bisnis dan gaya hidup yang membuat polusi itu harus diubah. Ia mengingatkan sangat penting untuk menjaga mangrove dan biota laut lainnya demi kepentingan ekonomi dan ekologi, ujar katanya.
Kita berharap sadar isu lingkungan hidup, penyelamatan lingkungan hidup adalah isu yang penting selain ekonomi.
Kita juga berharap penanaman kembali hutan dan lahan-lahan gundul jangan hanya sebatas jargon-jargon yang hanya berjalan tiga bulan. Sementara ditanam itu mati semua.
Perlu dipahami menanam itu penting, tapi sebagai bagian dari solusi utama yang lebih penting adalah mengurangi penebangan hutan ataupun menghentikannya agar hutan di terlindungi dari ancaman kerusakan dan penebangan liar.
Di Jakarta, Penerima Kalpataru mendeklarasikan dan mendorong komponen bangsa untuk menempatkan isu lingkungan sebagai isu utama dan akan membangun aliansi strategis antar pihak yang mempunyai kepentingan lingkungan untuk menyatukan visi, misi dan strategi. Ya, semuanya kembali kepada kita semua. Teruslah menjaga dan melestarikan lingkungan.
»»  READMORE...

Bangkit

Bangkit itu susah,
Susah melihat orang lain susah
Senang melihat orang lain senang
Bangkit itu takut
Takut untuk Korupsi
Takut untuk makan yang bukan haknya
Bangkit itu malu
Malu menjadi benalu
Malu minta melulu
Bangkit itu Marah
Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu Mencuri
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu tidak ada
Tidak ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku
Aku untuk Indonesiaku jaya
Bangkit negeriku! Harapan itu masih ada!

Puisi Dedy Mizwar tersebut kerap kita dengar di layar televisi. Puisi ini sarat makna dan mengisahkan kondisi kekinian bangsa. Puisi yang mengajak kita untuk terus bangkit dan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Makna-makna tersebut seharusnya menggugah jiwa kita. Mengalir bersama darah yang menggerakkan sendi-sendi kehidupan untuk membangun diri lebih kreatif. Kreatif tanpa putus asa dan pantang menyerah akan membuat-membuka peluang meraih kehidupan lebih baik. Kehidupan tanpa menyusahkan orang lain, tanpa korupsi, tidak perlu menjadi benalu yang minta melulu.
Ya, bangsa ini membutuhkan putra-putri yang memiliki jiwa untuk bangkit. Bangkit dengan rasa kepedulian dan kebangsaan yang tinggi. ‘Bangkit itu Marah, Marah bila martabat bangsa dilecehkan’
Saat ini, kita memang harus marah. Marah karena batasan wilayah bangsa yang mulai diusik dan hendak diklaim bangsa lain. Marah karena hutan ditebang secara illegal, marah karena kekayaan-kekayaan laut yang dicuri nelayan-nelayan asing.
9 Juli 2009 ini, bangsa ini memiliki kesempatan untuk bangkit serentak. Bangkit dalam memberikan suara memilih calon presiden dan wakil presiden. Memilih yang terbaik dari putra-putra terbaik bangsa. Memilih yang ‘bisa’ membuat rakyat Indonesia sejahtera bagi ekonomi, pendidikan, kesehatan. Ingat, harapan itu masih ada dan tergantung kita semua.
»»  READMORE...