17 Juli, 2010

Revolusi Mindset Birokrasi KKR


Hairul Mikrad

”Saya kurang suka dengan kalimat kebersamaan, terlalu melankolis.” Muda, enerjik, revolusioner. Tiga kata ini sepertinya patut disematkan pada Bupati Kabupaten Kubu Raya.
Kabupaten termuda di Kalimantan Barat dengan visi jauh ke depan ini siap menjadi daerah terdepan di Kalimantan.
Beragam langkah dan terobosan telah dan terus diluncurkan oleh Bupati Muda Mahendrawan dan kabinet progresifnya. Visi menjadikan Kubu Raya sebagai kabupaten ’Terdepan dan Berkualitas’ membuatnya bersemangat mem-push jajarannya untuk terus bergerak, merubah mindset.
Saat ini ada tiga hal yang menjadi cara pandang Bupati Muda untuk memajukan daerahnya. Trust, focus dan massif. Trust berkaitan dengan membangun kepercayaan rakyat terhadap jajaran birokrasi. Birokrat di Kubu Raya diarahkan untuk menggaet simpati rakyat. Tak heran jika kebijakan yang dibuat pun sangat pro rakyat. Kebijakan beras lokal buat para PNS Kubu Raya, salah satu contohnya.
“Gaji PNS itu kan dari APBD, sekarang bagaimana caranya kita menyakinkan rakyat bahwa pemerintah ini berpihak pada mereka. Ya caranya itu tadi kita beli beras mereka sehingga mereka pun merasakan manfaat adanya birokrasi dan pemerintahan di daerah ini,” ujar Muda di ruang kerjanya yang sederhana.
Bukan itu saja, Muda berpandangan untuk memajukan daerah perlu dirangkul dan diberdayakan kaum perempuannya. “Kita lihat di Bangladesh. Muhammad Yunus yang meraih nobel perdamaian berhasil memajukan ekonomi negaranya melalui koperasi Grameen. Ia rangkul kaum perempuan di sana, dari kaum perempuan ini perlahan-perlahan perdamaian juga terjalin. Kita juga ingin seperti itu. Kita harapkan kaum perempuan Kubu Raya bisa berpartisipatif dalam pembangunan,” jelas Muda.
Untuk mewujudkannya, Pemkab KKR telah membentuk koperasi Grameen. ”Kita suntik anggaran di sana sehingga kaum perempuan kita disupport pendanaannya terutama yang memiliki home industri ataupun membutuhkan modal usaha dengan sistem bergulir,” paparnya.
Fokus, kebijakan yang diambil juga selalu diupayakan agar tidak melebar dan membias. Terkait dengan hal tersebut, Muda ingin daerahnya memiliki keunggulan kompetitif dari segi produk dibanding daerah lain. Sementara, massif, bermakna kebijakan yang dibuat bisa dilaksanakan oleh seluruh stake holder yang terkait. Tidak ada ego sektoral, tidak ada semangat musiman, semua bahu membahu bergotong royong menyukseskan program.
“Lihat China, lihat Vietnam. Dulu 28 tahun mereka sibuk berperang di saat kita sedang makmur-makmurnya. Sekarang apa yang terjadi?,” ujar Muda separuh bertanya.
Menurut Muda, untuk melakukan perbaikan perlu merubah mindset. Revolusi birokrasi. Revolusi yang bukan berarti tembak-tembakkan, bakar-bakaran. Tapi bagaimana merubah paradigma berfikir aparat birokrasi.
“Ingat kata-kata Bung Karno, revolusi belum selesai. Sekaranglah saatnya kita menuntaskan revolusi itu,” ujar putra aktivis PNI yang juga mantan Rektor Untan, Mahmud Akil ini.
Dengan terobosan dan pemikirannya yang visioner untuk memajukan kabupatennya ini, Panitia Borneo Tribune Award memasukkan nama Muda Mahendrawan sebagai nominee man of the year 2009 untuk bidang eksekutif.

Tidak ada komentar: