Pemilu 2009 memang beda. Selain masalah dana yang selalu terus menerus dikeluhkan pihak KPU provinsi, kabupaten dan kota serta waktu kampanye yang sudah dimulai beberapa bulan lalu, ternyata kampanye terbuka juga tidak terlalu diminati partai politik.
Masyarakat kini tidak lagi direpotkan dengan hingar-bingar kampanye seperti pemilu-pemilu lalu maupun ketakutan akan benturan fisik antar pendukung partai yang akan membuat suasana mencekam.
Dari sisi kampanye, diakui Pemilu 2009 jauh lebih baik. Parpol lebih banyak memilih dialogis, tatap muka secara langsung maupun kampanye simpatik sehingga rakyat betul-betul mengenal siapa, visi misi maupun program caleg tersebut. Namun sistem suara terbanyak juga diakui membuat pergesekan-pergesekan sesama caleg satu partai ataupun lain partai semakin ‘meruncing’.
Maklum saja, masing-masing caleg berusaha untuk meraih simpati dan suara sebanyak-banyaknya dari masing-masing daerah pemilihan. Tidak hanya caleg baru, caleg-caleg yang masih duduk di kursi legislatif pun terpaksa putar otak dan bekerja lebih keras agar bisa duduk lagi.
Dengan sistem baru, apalagi sosialisasi yang kurang dan ditambah ‘pelit’ dalam hal ‘gizi’ membuat peluang tidak terpilih akan semakin terbuka lebar. Mafhum saja, masyarakat pun sudah sangat pintar dalam hal memilih dan menentukan siapa yang akan dicentang.
Salah satu cara untuk semakin dekat dengan para pemilih, caleg lebih banyak melakukan sosialisasi secara dialogis, tatap muka dan door to door. Cara ini diyakini akan jauh lebih hemat dalam biaya, efektif dan semakin dikenal serta aman dari pergesekan walaupun harus menguras tenaga dan waktu.
Sementara kampanye terbuka dinilai akan lebih menguras kantong dan menambah ‘utang’, tidak efektif mengingat motivasi yang hadir belum bisa dipastikan apakah tujuannya mengenal dan mendengar program caleg ataukah menyaksikan artis-artis yang ditampilkan. Belum lagi dikerjakan para ‘Golput’ (Golongan pencari uang tunai) dan ‘terpeleset’ dalam kata-kata sehingga dibubarkan.
Namun semua itu kembali kepada parpol dan caleg dalam memilih cara-cara yang lebih baik mendekati hati rakyat. Salah langkah dan cara serta tidak kreatif akan membuat anda gigit jari. Peluang menjadi legislator bak lubang jarum, mental kalah pun harus dipersiapkan.
Sebagai warga negara, perlu ingat, lima menit di dalam bilik akan menentukan lima tahun nasib bangsa ini. Selamat berkampanye dan menentukan pilihan.
07 April, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar