24 Juni, 2007

Kisah Keluarga Irawan-Siska Mengantarkan Anak-anak Jadi Jawara


Nur Iskandar dan Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Luar biasa kisah di balik sukses Fidelis Adhika Pradipta (20) yang menjuarai Olimpiade Sains Bidang Fisika dan kini mendapat beasiswa penuh di Nan Yang University-Singapura serta adiknya Stefani Citta Paramita (17) yang menggondol dua angka 10 pada Ujian Nasional 2007 untuk mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggris serta memantapkan kuliah Teknologi Industri di Universitas Parahyangan-Bandung.
Kedua anak cerdas ini lahir dari pasangan muda-energik, Irawan dan Siska. Jika Irawan memilih kerja di sektor swasta, pendamping setia hidupnya, Siska, pilih menjadi “guru” di rumah tangga.
Siska bukan guru sembarang guru. Dia sudah memetik nilai-nilai filosofis pendidikan sejak ia sekolah di Malang di masa mudanya. “Saya sudah bergaul dengan suster-suster dan mereka pintar-pintar,” ujarnya. Dari hidup di asrama dengan nilai-nilai religius itulah Siska membesarkan kedua anaknya. Dan hasilnya sungguh amat mencengangkan. “Puji tuhan. Tak ada orang yang bodoh. Jika dalam hidupnya ada semangat untuk belajar, pasti pintar, pasti bisa, pasti berhasil,” ungkap Siska di kediamannya didampingi kedua anaknya yang cakep dan cantik serta sang suami, Irawan yang baru saja pulang kerja, Sabtu (23/6) sore.
Siska dan Irawan mendidik kedua anaknya hingga menembus prestasi akademis memuaskan di mana nilai matematika penuh-10 dimulai dari kecil. Anak-anak itu dimotivasi untuk haus akan ilmu, rapi sejak dini, berempati dengan orang lain, menghargai seni—khususnya musik karena ini memperhalus budi pekerti—serta menabung. “Pendidikan itu mahal, maka untuk itu kejarlah prestasi sehingga bisa mendapatkan beasiswa,” ungkapnya dengan nada bernas.
Untuk mendampingi anak-anaknya belajar, Siska dan Irawan tak segan-segan turut serta ke Jakarta, Balik Papan dan Medan karena anak-anaknya menjadi duta Kalbar bahkan Indonesia dalam hal uji prestasi akademik. Untuk putra pertamanya, prestasi tertinggi adalah mewakili Indonesia di Vietnam dalam olimpiade sains fisika internasional, sedangkan Cita yang akrab disapa Tata mewakili Kalbar di obade Istana Negara, dan Pesparawi di Medan.
Sementara itu sang bapak, Irawan mengingatkan kepada para pelajar untuk tidak putus asa. “Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Anak-anak kita beri kepercayaan penuh dan biarkan mereka sendiri yang memilih mana baik dan buruk,” ucap Irawan bijak.
Kalau diawasi terus menerus, ujar bapak ini, anak-anak tidak mandiri dan orangtua terkesan tidak percaya. “Kita tetap mengontrol dan memberikan dukungan serta fasilitas untuk pendidikan mereka. Fasilitas bukan asal saja tetapi memang sesuai kebutuhan mereka terutama menyangkut pendidikan,” ucapnya.
Seperti internet, kata pemilik Toko Siswa Jalan Agus Salim ini, anak-anaknya diberikan kebebasan. “Kita hanya memberikan rambu, ini baik atau tidak sehingga mereka sendiri bisa membatasi diri karena kita juga tidak bisa mengawasi anak-anak sampai 24 jam. Anak-anak juga manusia, mereka punya keinginan tahu ini itu. Dan tentu kepercayaan kita berikan juga harus disadari anak-anak untuk menjaga dirinya agar tidak terlibat hal-hal yang tidak baik,” ucapnya. □

Tidak ada komentar: