24 Juni, 2007

Matematika itu Seni


Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Peran sekolah dan guru mata pelajaran dalam mempersiapkan siswa-siswinya menghadapi ujian akhir ternyata sangat berarti. Bukan itu saja memberikan pengajaran di kelas jelas sangat berpengaruh bagi anak-anak didiknya. Bagaimana pendapat dan resep yang dipersiapkan para guru?

Tan Siak Tjung atau Heryanto Tan, S.Pd terlihat sibuk pagi, Jumat (22/6) kemarin. Namun guru mata pelajaran matematika di SMA Gembala Baik ini masih menyempatkan diri menerima saya untuk wawancara di ruang guru.
Hari itu, alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1994 ini menggenakan kemaja pendek kotak-kotak bercelana hitam. Dirinya tenang dan santun setiap kali memberikan jawaban dan menyampaikan pendapatnya.
Suami Sinju Utari ini mengaku mengajar matematika merupakan sebuah seni. Seni bagaimana membawa sesuatu yang sulit tetapi dalam bahasa mudah dimengerti orang.
Untuk itu, menurut bapak Indira Mettaputri ini, guru harus memiliki penguasaan materi yang baik dan bisa menyampaikan dalam ‘bahasa’ yang mudah dimengerti para siswanya.
Menurut Pak Tan-panggilan akrab siswa Gembala Baik kepada dirinya-matematika harus dikuasai sejak kelas 10 dan guru yang mengajar harus menguasai materi serta tidak boleh parsial harus total.
Matematika itu kata Pak Tan perlu dimengerti dan dipahami. “Bagaimana memahami dan mengerti rumus-rumus serta memperolehnya. Kemudian anak-anak tidak boleh lupa pelajaran matematika di SD dan SMP seperti berhitung. Saya melihat memang kesulitan matematika karena dasarnya tidak kuat,” jelas anak ke sembilan dari 11 bersaudara ini.
Selain itu juga, pemerintah maupun lembaga pendidikan, menurut Pak Tan harus meningkatkan sumberdaya guru terlebih dulu karena bila guru tidak menguasai dengan baik maka penyampaiannya akan ragu. “Kalau ragu maka sulit untuk diterima siswa, guru juga harus kreatif mencari cara mudah dalam menyampaikan matematika kepada siswa,” sarannya.
Peran orangtua dalam meningkatkan pengetahuan anak-anaknya, menurut guru yang sudah mengajar matematika sejak tamat kuliah ini, sangat besar dan penting. “Keseriusan orangtua terutama dalam mengawasi anak-anaknya juga penting. Anak-anak di Gembala Baik ini bisa berhasil juga karena peran besar dari orangtua,” katanya berbagi.
Selain itu juga, siswa-siswa sendiri harus mendisplinkan dirinya. “Untuk keberhasilan anak didik, para siswa harus mendisplinkan dirinya sejak kelas 1 atau sekarang kelas 10. Para siswa ini kita siapkan dengan soal-soal berorientasi ujian nasional. Itu membuat kita lebih fokus selain ujian harian,” papar Pak Tan.
Sambil membetulkan letak duduknya, Pak Tan membagi resep menghadapi ujian nasional. “Soal-soal ujian dari beberapa tahun lalu menjadi referensi kita dan siswa. Saya sampaikan ke siswa bahwa soal-soal ini biasanya keluar di ujian nasional, kalau berubah tidak jauh-jauh dari soal-soal yang pernah keluar. Untuk itu kami harus mempersiapkan soal-soal itu dan kami (Gembala Baik,ed) punya bank soal dari yahun 1990,” ucap guru kelahiran Pontianak 17 Juni 1971 lalu.
Bagi para siswa, ungkap Pak Tan diwajibkan mempunyai kumpulan soal-soal. “Kemarin kita minta mereka mengumpulkan soal-soal hingga tujuh tahun terakhir dan ini merupakan kemampuan minimal yang harus mereka miliki. Untuk anak-anak yang kita pandang mampu kita beri pengayaan tujuannya untuk tes masuk perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri,” urainya.Selain itu, aku Pak Tan, soal-soal tadi dibahas bersama dengan para siswa. “Empat bulan di sekolah mengadakan bimbingan belajar, soal-soal kita review dan dibahas dari materi kelas 10 sampai 12. Seluruh materi matematika diingatkan dan tentu penekanannya pada SKL (standar kelulusan) sehingga mereka mudah mengerjakannya,” ucapnya.□

Tidak ada komentar: