21 Juni, 2007

Rusli Diteror dengan Paket Terasi



Hairul Mikrad
Borneo Tribune, Pontianak

Hari begini masih ada terorisme dengan terasi? Begitulah peristiwa langka tapi nyata ini menimpa Rusli Agus tokoh masyarakat Tionghoa yang berumur 70 tahun di alamat rumahnya Jalan M Sohor No 12. Tak pelak satu satuan Polsekta Pontianak Selatan berhamburan ke rumahnya karena kuatir paket pengirim dengan alamat tak jelas adalah bom.
Rusli Agus yang juga akrab disapa Chua Yang Khui terlihat asik membengkel mesin rumput dengan tangannya sendiri. Sementara itu suara mesin genset berderu keras di sampingnya.
Saat itu, Kamis (21/6) pukul 14.00 Saya dan Nur Iskandar sudah berada di depan pagar rumah salah satu mantan pengurus Yayasan Bhakti Suci belasan tahun silam. Kami mendapatkan kabar bahwa Rusli Agus diteror melalui paket dilengkapi surat ancaman.
Untuk menembus pagar rumahnya yang terkunci rapat kami terpaksa berteriak keras-keras berkali-kali karena yang bersangkutan sedang asik bekerja. Maklum saja, bunyi genset menderu keras dan syukurlah, Pak Yang Khui—begitu pria ini disapa—mendengar dan melihat kami sehingga tidak perlu berlama-lama berdiri di luar pagar.
Pak Yang Kui dengan senyum di bibirnya dan ditopang tongkat di tangan kanan serta seekor anjing berambut putih berjalan ke arah kami.
Dari teras depan rumah ke pintu pagar kami berjalan sekitar 10 meter. Rumah milik Yang Khui cukup besar dengan halaman luas dikelilingi pagar kayu yang kokoh.
Rumah ini mudah dicari. Di balik pagar di pinggir Jalan M Sohor terhampar sejumlah pohon pisang. Banyak tanaman buah-buahan di dalamnya. “Maaf saya tadi tidak dengar karena bunyi genset. Silahkan masuk, ini kawan-kawan saya dari Borneo Tribune,” ucap pengusaha di bilangan Parit Besar ini dengan Bahasa Indonesia yang fasih.
Yang Khui kemudian mengambil dua buah kursi mungil. Saat membuka pembicaraan, dia seperti tidak mau langsung ke persoalan inti. Pria berkacamata ini lebih senang berdiskusi terutama mengenai Borneo Tribune.
Banyak pelajaran yang kami dapat dari pria besar tinggi ini terutama pengalaman sebagai pedagang dan ini dapat diterapkan terutama untuk membesarkan Borneo Tribune yang dia sendiri menyambut dengan hangat. Di sela-sela diskusi tersebut sejumlah rekan Yang Khui menelepon dan menanyakan mengenai ‘paket’ tersebut.
“Saya ini sudah tua, saya tidak punya musuh dan tidak marah-marah. Tidak pakai ancam juga kalau Tuhan mau panggil, kita juga akan meninggal,” katanya mulai membuka pembicaraan mengenai paket itu.
“Kapan paket itu bapak terima?” tanya saya.
Diceritakan Yang Khui, saat dirinya sedang memperbaiki mesin pemotong rumput datang seorang pria mengendarai sepeda motor bebek dan tidak mengenakan pakaian seragam sekitar pukul 13.00. “Ini ada paket buat bapak,” kata pria itu. Yang Khui lantas melihat alamat yang tertera di sampul paket tersebut. “Saya lihat nama yang dituju jelas nama saya, Rusli Agus. Alamat Jalan M Sohor Nomor 12: benar dan lengkap. Nomor telepon saya juga tulisannya benar.”
Setelah paket diterima dan resi diteken, pria pengantar langsung pergi. “Kalau petugas kantor pos pakaian seragam apa ya? Tapi, ya saya lupa pria itu pakai seragam apa tadi,” kata Yang Khui kepada kami.
Namun, setelah diteliti, ternyata pengirim paket tersebut mencurigakan. “Nama pengirim Putra Indo alamatnya ‘Mepawa’. Bukan Mempawah. Jelas saya curiga dengan paket ini, apalagi saya banyak baca koran luar negeri, di mana pernah warga Taiwan dapat paket lantas meledak.”
Yang Khui berhati-hati. Paket tersebut diletakkannya di rak sepatu yang berada di depan pintu masuk rumahnya. Tak lama kemudian, Yang Khui mencium bau busuk. Bau itu katanya seperti bangkai tikus.
Darimana asalnya? Yang Khui meminta karyawannya untuk mencari dan ternyata bersumber dari paket yang baru saja dia terima. “Ketika dibuka ternyata paket itu berisi terasi yang busuk. Di paket itu juga ada amplop berisi surat ancaman.”
Surat ancaman tersebut diketik. Isinya 52 kata. Uniknya di akhir surat tanda tangan pengirim membentuk gambar tengkorak. Di bawahnya tertanda nama Puta Ind.
‘Sesuai tingkah lakumu yang sok penguasa, perlu kmu ingat dunia sdh tidak berpihak pada kamu. jgn suka campuri urusan orang, jgn sering menekan yang lemah, memeras tanpa memandang keatas langit. sekarang tibalah saatnya ajal menunggu mu bangkai tua yang tak dihargai masyarakat. alias sdh smpah masyarakat. belum mau sadar akan tahu akibatnya. Yg mengutuk, Puta Ind’
“Saya telepon polisi. Polsekta Pontianak Selatan dipimpin Wakanya pun datang,” kata Yang Khui serius. Di depan polisi Yang Khui mengaku dirinya tidak memiliki musuh apalagi bertengkar dengan orang lain. “Saya tidak marah-marah dengan orang. Saya tidak tahu siapa yang ancam. Ini saya percayakan kepada pak polisi untuk mengusutnya.”
Kami lantas meminta izin untuk membuat berita tersebut. “Saya tidak masalah, silahkan muat,” ucapnya ramah. □

Tidak ada komentar: