Pemilu 2009 telah usai. Hasil perolehan suara masing-masing calon legislatif (Caleg), partai politik (Parpol) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pun telah diketahui. Harap-harap cemas pun telah berubah suasana. Ada yang gembira, ada yang murung dan bahkan ‘ketawa-ketiwi’ sendirian.
Maklum saja, masa sebelum pemungutan suara merupakan waktu yang terasa sangat panjang dan melelahkan. Parpol, Caleg dan calon anggota DPD pun sibuk turun ke lapangan, mendekati dan berusaha meyakinkan masyarakat bahwa mereka yang terbaik dan layak dipilih.
Usaha dan kerja keras pun digenjot. Pikiran, waktu dan tenaga terkuras. Uangpun sudah tak terhitung keluar dari kantong bahkan katanya utang mengalir deras. Terpilih, maka senyum terumbar, kerja-kerja politik yang dilakukan pun tak terasa dan yang ada hanya kebahagiaan, syukur-syukur ingat membayar utang.
Bagi yang tak terpilih? Wajah-wajah murung mulai terlihat, senyumpun tipis-tipis samar. Bahkan ada yang sampai terganggu jiwanya dan lebih nekad lagi, ada yang bunuh diri. Politik pun dinilai kejam.
Memang terkadang kita hanya mempersiapkan diri untuk menang dan jarang yang siap kalah. Hal ini terkadang membuat kita terlena, hitung-hitung politik pun menjadi tak masuk akal.
Bagi yang kalah suara, marilah bersabar. Gunakan logika sehat bahwa tak terpilih bukanlah akhir dari segala-galanya. Belajar bahwa ini sebuah pelajaran untuk meraih kemenangan di Pemilu mendatang. Mungkin saja, yang terpilih di Pemilu 2009 ini, adalah orang-orang yang di Pemilu 2004 lalu kalah suara.
Bila benar, ayo kita belajar dari mereka. Mungkin ada strategi dan taktik yang bisa didapat untuk meraih kemenangan yang masih tertunda ini.
Bagi yang tak terpilih, menenangkan diri sejak mungkin lebih baik. Berpikir jernih dan sabar akan membuat hidup ini jauh lebih berarti. Semoga.
12 Mei, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar