19 Mei, 2009

Ultah yang Menyedihkan


Selasa, 19 Mei 2009 kemarin, Harian Borneo Tribune genap berusia 2 tahun. Semarak menyambut perigatan hari jadi di tahun ini, sepertinya tidak begitu bagiku.
Di tahun pertama, aku ditunjukan sebagai ketua pelaksana. Ya, saat itu kami masih harus pontang-panting mengingat kondisi keuangan perusahaan yang belum stabil dan di satu sisi banyak sekali keperluan-keperluan yang harus dipenuhi perusahaan.
Kala itu, saya dan sejumlah teman-teman yang lain pun ikhlas bila gajian tidak tepat waktu, bukan hitungan hari terlambat bahkan 1-3 bulan. Pernah juga aku dibayar dengan sejumlah rupiah yang hanya ada di kantong celana manajer keuangan.
Semangat perjuangan saat itu sangat luar biasa. Saya rasakan kawan-kawan betul-betul kerja keras walaupun ada beberapa yang tidak bisa mengikuti irama tersebut. Ya, itulah dinamika.
Tiga bulan berjalan sejak dilauching 19 Mei 2007, perusahaan ini ditinggalkan sang manajer pemasaran. Kala itu langganan hanya beberapa ratus saja dan iklan yang masuk tak lebih dari 20 juta setiap bulannya.
Ya, kami yang termasuk pendiri jadi tumpuan. Selain harus memikirkan pendapatan bagi perusahaan, proses editing dan tetek bengek lainnya. Ini memang sudah sewajarnya. Kami harus bekerja keras dan cerdas untuk semua hal terkadang waktu 24 jam sehari tak cukup, padahal kami harus bersahabat dan menenangkan keluarga di rumah agar tidak mengeluh bila tidak gajian.
Idealis, keberagaman dan kebersamaan kala itu luar biasa terjalin. Kesatuan dan persatuan sungguh sangat erat, ini yang membuat semangat membesarkan perusahaan semakin berkobar.
Sejak ditinggalkan sang manajer pemasaran, kawan-kawan mempercayai saya mengomandoi ujung tombak bisnis perusahaan. Jujur saja, Saya saat itu menolak keras dan ini terpaksa diterima setelah melihat tatap sang pemimpin redaksi, Nur Iskandar penuh harap.
Tatapan itu aku maknai, perusahaan ini harus berkembang dan perlu kerja keras. Saya hanya pasrah, pasalnya Saya tidak menyukai manajemen dan kalau memasarkan hal itu bisa dilakukan. Usai keputusan, kepalaku langsung pusing dan tak bisa berpikir, aku pun menangis di teras depan lantai dua gedung perusahaan ini, bukan karena bahagia tetapi kuatir tak mampu untuk membuat perusahaan stabil dan meraih laba.
Keputusan tersebut membuat aku harus belajar banyak dalam waktu singkat. Memahami karater dan tabiat karyawan pemasaran, administrasi dan keuangan. Kecurangan ’kecil-kecil’ aku ungkap. Pasalnya bobrok sekecil apapun bila dibiarkan akan sangat menggoregoti. Memang tidak ada hukuman langsung, namun cukup menjadi pelajaran agar mereka tidak menggulanginya lagi.
Selain itu, aku membangun semangat kerja para staf di bawah jajaran ku. Ya, ada yang suka dan tidak. Setiap peluang bisnis dibidik, dilobi dengan prinsip harus dapat walaupun banting harga. Perlahan-lahan langganan terus naik dan pendapatan iklan mulai bergeser naik. Ya setidaknya operasional kantor sudah terpenuhi. (bersambung)

1 komentar:

Alex L. Setiawan mengatakan...

Selamat Ulang Tahun Borneo Tribune.
Melihat sukses yang sudah di dapat saat ini tentunya perjuangan bang Hairul tidak kecil dan gampang..salut buat abang !