29 Oktober, 2009

Listrik yang Merisaukan

Selain merisaukan kabut asap, pemadaman listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga menjadi keresahan sebagian besar rakyat Kalimantan Barat.
Persoalannya, kebutuhan vital untuk menunjang segala aktivitas masyarakat sudah sangat-sangat tidak normal lagi. Dalam satu hari bisa sampai tiga kali pemadaman dengan jangka waktu berjam-jam.
Kondisi payah ini, wajar saja disikapi masyarakat dengan caci maki, walaupun PLN mungkin sepertinya sudah terbiasa. Masyarakat jelas sangat terganggu dan dirugikan, bukan satu-dua Rupiah saja, bisa menembus ratusan juta.
Karena listrik yang suka byar pet alias hidup-mati, Universitas Tanjungpura bahkan merugikan lebih Rp 100 juta akibat kerusakan alat-alat laboratorium. Ini belum lagi kerusakan alat-alat elektronik yang dimiliki masyarakat.
Listrik suka padam juga Usaha Kecil Menengah menjadi susah. Mereka sulit memproduksi, mengingat untuk menggerak usahanya sangat bersadar pada pasokan listrik, ya itu dari PLN.
Lantas apa timbal balik dari PLN? General Manager PLN Wilayah Kalbar, Denny hanya menjanjikan akan memberikan kompensasi pengurangan tarif rekening listrik sebesar 10 persen. “Kompensasi ini akan diberikan untuk pemakaian Agustus ini,“ janjinya.
Cukupkah kompensasi tersebut? Di sinilah masyarakat dibuat tak berdaya. Satu sisi aktivitas di negeri ini jelas sangat tergantung pada listrik yang satu-satunya dipasok PLN. Di sisi lain, pasokan listriknya suka byar pet. Mau pakai genset, boros di bahan bakarnya. Apapun namanya, masyarakat di posisi harus menanggung kerugian.
Kerugian lain akibat listrik hidup-mati ini menurut Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Erwin TP Lumban Tobing semakin meningkatnya gangguan kamtibmas akibat semakin banyak kesempatan berbuat kejahatan akibat mati lampu terutama pada malam hari.
PLN sendiri beralasan pemadaman dilakukan karena salah satu mesin yang dimiliki PLN dengan daya 30 Mega Watt mengalami kerusakan dan sedang menjalani perbaikan.
Ya, kondisi listrik seperti jelas-jelas sangat merisaukan. Mengapa kondisi terus berulang? Tidakkah ada upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan public ini? Sementara bila konsumen terlambat membayar tagihan, PLN sendiri bertindak tegas melakukan pemutusan.
Mungkin ada baiknya bila PLN memikirkan usulan dari mantan Gubernur Kalbar, Usman Jafar agar perusahaan tersebut bekerjasama dengan pihak swasta yang membangun pembangkit tenaga listrik, pemerintah membeli listriknya. Penyaluran listrik tetap dilakukan PLN.
Toh untuk memasok listrik di perbatasan PLN membeli dari negeri jiran Malaysia, mengapa pula untuk Daerah lainnya tidak dicoba membeli dari pihak swasta? Bila aturan serta perjanjiannya jelas, mungkin saja banyak pihak swasta yang berminat sebagai ‘produsen’ listrik. Ya kita hanya bisa berharap, ke depan listrik kondisinya semakin baik ditambah dengan tekad jajaran PLN untuk memperbaiki dan lebih memberikan pelayanan terbaik. Semoga.

Tidak ada komentar: