Petasan dan gula, dua barang dagangan ini setiap bulan Ramadan terus menarik menjadi pembicaraan. Di pasaran petasan terus membanjiri. Lapak-lapak pedagang musiman tumbuh bak jamur di musim hujan.
Sementara gula pasir, barangnya sulit didapat dan harganya lebih mahal, bisa membeli 2 kilogram (kg) beras.
Entah mengapa petasan walaupun dirazia tetap saja ada dan semakin banyak. Sementara gula, bila dirazia akan membuat masyarakat semakin kesulitan untuk mendapatkannya. Padahal petasan barang yang dilarang, sementara gula merupakan salah satu sembako yang sejak dulu dikonsumsi masyarakat.
Sudah jelas, Ramadan maupun hari suci keagamaan lainnya, setiap tahun akan hadir dan waktunya pun jelas. Namun sangat sayang, seperti tidak diantisipasi atau ini sebuah permainan, semakin mendekat hari pertama Ramadan, harga ‘butiran manis’ ini terus ‘berkejar’ naik, dalam satu hari, harga bisa bertambah hingga Rp 300/kg. dari Rp 7000/kg sekarang sudah menembus Rp 11.000/kg.
Anehnya, dinas terkait mengaku setiap hari memantau harga di pasaran, namun kenaikan harga gula pasir bak ‘argo kuda’ sepertinya tak terlihat. Bila kelihatan, tentu mereka akan segera melakukan antisipasi mencegah kencangnya kenaikan harga, atau ada alasan lainnya.
Ada dugaan, manis gula juga manis bagi sebuah permainan. Permainan untuk menimbun gula di kala permintaan semakin meningkat. Para spekulan mungkin saja berpikir bagaimana membuat gula hilang dari pasaran sehingga harganya melonjak naik. Dengan sendirinya mampu mendongkrak keuntungan, bila itu memang terjadi sungguh sangat naif, ibarat menari dan menumpuk keuntungan di atas penderitaan orang lain.
Bila ‘pembiaran’ kondisi seperti terus dilakukan, maka masyarakat akan semakin tercekik. Sejumlah home industri, pemasok kue-kue maupun minuman di bulan Ramadan dan Idul Fitri ini akan semakin kesulitan, mereka terancam gulung tikar.
Tentu kita berharap ada kesigapan instansi terkait dalam ‘membaca’ pasar dan dengan kecepatan dan tepat mengambil tindakan sebagai langkah mencegah kenaikan harga. Kita juga sangat berharap, oknum-oknum instansi yang punya otoritas untuk pasar ini tidak ikut-ikut bermain dan melakukan pembiaran terhadap tindak tanduk para spekulan sembako.
Perlu juga kita pahami, kebutuhan sembako seperti gula merupakan kebutuhan yang sangat menyentuh kepentingan rakyat banyak. Apapun yang terjadi akan sangat dirasakan orang banyak terutama rakyat menengah ke bawah. Ya, kita percaya pemerintah bisa dengan segera mengambil tindakan-tindakan mengeram lajunya kenaikan harga gula dan bahan-bahan sembako lainnya. Semoga.
29 Oktober, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar